Kisah Abdurrahman Ad Dakhil Dan Kebangkitan Islam Di Andalusia
Abdurrahman Ad Dakhil | klikmu.co |
Keruntuhan Kekhalifahan Umawiyah
Pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Al Walid II juga datang dari saudara sepupunya sendiri, yaitu Yazid bin Al Walid bin Abdul Malik. Pemberontakan ini juga didukung oleh beberapa adiknya sendiri dan saudara saudara sepupunya yang lain, seperti Hisyam, Sulaiman, dan Al Hajjaj. Yazid bin Al Walid menyebarkan berbagai tuduhan negatif
terhadap Khalifah Al Walid II dan propaganda terhadap masyarakat untuk memebenarkan revolusi dan membunuhnya. Yazid bin Al Walid memimpin revolusi terhadap Khalifah Al Walid II saudara sepupunya. Sebelum Al Walid dibunuh, ia sudah mengumumkan baiat bagi dirinya sendiri di sebuah perkampungan bernama Al Mazzah. Kemudian ia bergerak ke Damaskus dan menguasainya. Ia mengirim saudara sepupunya yang lain, Abdul Aziz bin Al hajjaj bin Abdul Malik untuk menyerang Khalifah Al Walid II.
Merekapun membunuh sang Khalifah di Al Bakhra’yang berbatasan dengan Tadmur. Dengan terbunuhnya Khalifah Al Walid II, maka Yazid bin Al Walid naik tahta menggantikan Khalifah Al Walid II. Ia menjadi Khalifah ke dua belas dalam silsilah Daulah Bani Umayyah. Untuk mengawali pemerintahannya, Khalifah Yazid berpidato di depan rakyat dengan menjelek jelekkan dan mengkafir kafirkan Khalifah Al Walid II untuk melegitimasi kekuasaannya.
Namun, Khalifah Yazid tidak lama menikmati masa pemerintahannya, hanya enam bulan saja. Ia harus menghadap ajalnya pada bulan Dzulhijjah dengan meninggalkan negeri yang sedang tercabik cabik. Setelah wafatnya Khalifah Yazid bin Al Walid, Ibrahim bin Al Walid (adik khalifah Yazid) diangkat menjadi Khalifah selanjutnya. Sekelompok rakyat mengakuinya sebagai Khalifah dan sekelompok yang lain tidak mengakuinya. Diantara orang orang yang menolak pembaiatannya adalah penduduk Homs. Marwan bin Muhammad yang saat itu menjabat sebagai walikota Armenia dan Azerbaijan datang memasuki Homs.
Penduduk Homs pun segera membaiatnya. Merekapun bergerak bersama menuju Damaskus, Marwan bin Muhammad pun melanggeng memasuki kota Damaskus dan dibaiat sebagai Khalifah. Marwan bin Muhammad sebagai Khalifah harus bertarung menghadapi tragedi yang lebih dahsyat dari sebelumnya. Meskipun Marwan bin Muhammad memiliki karakter karakter utama seperti berani, rela berkorban, cerdas, cekatan, dan berbagai karakter terpuji lainnya, yang menempatkannya sebagai Khalifah yang kompeten, tetapi takdir mengharuskannya untuk menjadi penutup riwayat perjalanan Daulah Bani Umayyah. Salah satu ancaman terbesar yang mengancam negaranya adalah pemberontakan dari Bani Al Abbas yang sudah lama menyebarkan propagandanya dan berpusat di Khurasan.
Abdullah bin Muhammad atau yang lebih dikenal dengan As Saffah adalah saudara kandung Ibrahim Al Imam sekaligus pemimpin propaganda revolusi Bani Al Abbas dibaiat
menjadi Khalifah pertama Abbasiyah pada tahun 750 M. Sementara itu, Khalifah Marwan tengah sibuk mempersiapkan pasukan guna menghadapi pertempuran pamungkas dengan Bani Al Abbas yang dipimpin oleh Abdullah bin Ali. Kedua pasukan pun bertemu di sungai Az Zab yang besar, salah satu cabang sungai Tigris. Kala itu, pasukan Marwan mengalami kekacauan, tentaranya tidak mematuhinya sehingga ia kehilangan kendali atas pasukannya dan dapat dikalahkan. Meskipun Khalifah Marwan mengalami kekalahan, namun ia dapat menyelamatakan diri hingga memasuki negeri Mesir.
Mengetahui hal itu, Abdullah bin Ali mengirim adiknya, Shalih bin Ali untuk mencari jejak Marwan dan berhasil membunuhnya di desa Al Bushair, selatan Al jazirah. Dengan terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad, maka berakhirlah riwayat pemerintahan Kekhalifahan Umawiyah yang telah berkuasa selama 90 tahun lamanya dan berdirilah Kekhalifahan Abbasiyah.
Berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah dan Pelarian Abdurrahman bin Mu’awiyah
Kekhalifahan Abbasiyah mengawali pemerintahannya dengan mencari semua anggota keluarga Bani Umayyah yang tersisa kemudian membunuhnya agar Bani Umayyah tak dapat bangkit dan memimpin islam lagi. Mereka mengirim para komandannya ke seluruh penjuru negeri untuk menghabisi Bani Umayyah. Namun, dari semua upaya pembunuhan tersebut, masih ada satu anggota keluarga Bani Umayyah yang selamat, dia adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik, cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Abdurrahman bin Muawiyah merupakan pangeran Bani Umayyah yang selamat dari upaya penumpasan oleh Bani Al Abbas. Abdurrahman bin Muawiyah tumbuh besar di istana Kekhalifahn Umawiyah. Maslamah bin Abdul Malik, saudara kakeknya, melihatnya sebagai orang yang layak memegang kekuasaan serta memiliki keunggulan dan kecerdasan. Ketika pedang pedang Abbasiyah memburunya, Abdurrahman bin Muawiyah melarikan diri dari tempat tinggalnya di desa Dier Khinan menuju salah satu desa di Irak di tepian sungai Tigris. Ketika pasukan Abbasiyah semakin dekat, Abdurrahman melarikan bersama saudaranya, Hisyam bin Muawiyah dengan menyeberangi sungai Tigris. Hanya saja, Hisyam tak sanggup lagi berenang sehingga ia kembali dan berhasil dibunuh oleh pasukan Abbasiyah.
Abdurrahman berfikir untuk membangun kembali kekuasaan leluhurnya yang telah runtuh. Namun ia membutuhkan sebuah negeri yang cukup besar dan jauh dari jangkauan Abbasiyah. Negeri itu adalah Andalusia, sebuah negeri indah di semenanjung Iberia yang pernah ditaklukkan oleh leluhurnya melalui seorang jenderal besar, Thariq bin Ziyad.
Abdurrahman pun memulai perjalanannya menuju Andalusia. Ia melewati Afrika Utara menembus Gurun Sahara selama lima tahun. Dalam perjalanannya, ia harus menghadapi kejaran pasukan Abbasiyah yang ingin membunuhnya.
Abdurrahman bin Mu’awiyah Menuju Andalusia
Abdurrahman bin Muawiyah tiba di tepian pantai Andalusia pada tahun 756 M. Pada saat itu Andalusia dipimpin oleh seorang bernama Yusuf bin Abdurrahman Al Fihri. Begitu Abdurrahman memasuki Andalusia, ia mulai mengumpulkan pendukungnya, para pecinta Daulah Umawiyah yang menentang Yusuf bin Abdurrahman Al Fihri. Maka pada bulan Dzulhijjah tahun 756 M, dalam sebuah pertempuran besar yang dikenal dengan pertempuran Al Musharah.
Sebuah pertempuran yang sangat sengit terjadi antara Abdurahman bin Muawiyah dengan Yusuf binAbdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik Abdurrahman Al Fihri yang dimenangkan oleh Abdurrahman bin Muawiyah. Dengan kemenangan ini, Abdurrahman menjadi satu satunya penguasa yang sah di Andalusia. Ia pun dijuluki dengan Ad Dakhil yang berarti Abdurrahman Sang Pendobrak Masuk Andalusia. Masuknya Abdurrahman ke Andalusia menjadi era baru di negeri tersebut dan menjadi awal periode Keamiran Daulah Umawiyah.
Abdurrahman bin Muawiyah pun memasuki kota Cordova, ibukota Daulah Umawiyah di Andalusia pada 10 Dzulhijjah tahun 756 M. Setelah itu, ia mulai melakukan perbaikan terhadap kondisi Andalusia. Ia membangun pasukan militer yang kuat, menyebarkan ilmu dan memuliakan para ulama, membangun Masjid Agung Cordova, membangun benteng dan jembatan, dan mendirikan Taman Ar Rashafah, persis seperti Taman Ar Rashafah yang dibangun di negeri Syam oleh kakeknya, Hisyam bin Abdul Malik.
Dalam fase kepemimpinannya yang berlangsung selama 34 tahun, telah terjadi lebih dari 25 pemberontakan. Namun dengan kehebatannya, ia berhasil membasminya dengan sangat sukses satu demi satu hingga ia berhasil menjadikan Andalusia sebagai negeri paling cemerlang di tanah Eropa.
Penulis: Muhammad Apria Iswara
Referensi: Buku “Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia” karya Prof. Dr. Raghib As Sirjani.
Posting Komentar