Lembaga Seni Budaya Islam MUI Susun Ensiklopedi Budaya Islam
LSBPI | Foto: mui.or.id |
Cahaya Islam - Lembaga Seni Budaya Islam MUI atau disingkat LSBPI menggelar Forum Group Discussion membahas penyusunan Ensiklopedi Seni dan Budaya Islam. Penyusunan ini diusulkan Prof. Omar Faturrahman sebagai Guru Besar Filologi, UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta.
Diharapkan ensklopedi ini juga akan menunjukkan ciri yang sesuai dengan misi MUI berkaitan ajaran Wasathiyah. Jika dijabarkan, ajaran tersebut mengandung persatuan antara keislaman dan kebudayaan Indonesia.
Semua gambaran tersebut juga telah melalui kajian yang dilakukan oleh ulama Indonesia dan juga ulama alumni Timur Tengah seperti Quraisy Shihab. Nantinya kajian tersebut dapat digunakan untuk melihat pengaruh yang ada di Bumi Nusantara.
Sebab, Prof. Oman dalam forum yang diadakan Lembaga Seni Budaya di Islam MUI ini mengatakan bahwa terdapat hubungan resiprokal antara keduanya. Kajian ini juga telah diterjemahkan menggunakan bahasa Arab untuk dipromosikan ke mancanegara.
Sejarah Seni Budaya Keislaman di Indonesia
Menurut Dr. Aguk Irawan, terdapat banyak teori masuknya keislaman di Nusantara mulai dari kurun waktu hingga bangsa pertama yang datang untuk menyebarkan agama Rasulullah Saw. Sejarawan menyepakati, dakwah dilakukan secara kultural dan bukan ekspansi.
Wajah keislaman di Bumi Nusantara juga memiliki keunikan dan ciri khas sangat berbeda jika dibandingkan dengan bangsa yang terlebih dahulu mengenal agama Allah. Dengan keunikannya, Indonesia mendapat khazanah melimpah terutama kesenian dan kebudayaan.
Kesenian dalam hal ini seperti arsitektur di mana bangunan seperti masjid masih diwarnai dengan kultur lokal. Hal lainnya adalah musik seperti hadrah, seni peran seperti Teater Stamboel, maupun tari-tarian seperti tari Saman.
Kesenian yang kental dengan keislaman dan masih dapat dinikmati sampai sekarang masih dapat dilacak asal muasalnya. Sebagian besar merupakan warisan sejak abad-14 M hingga 19 M dan tersebar dari berbagai kerajaan Islam Nusantara.
Sementara untuk kasusastraan, jejaknya bermula dari Hikayat Raja-raja Pasai. Selain itu, bidang sastra juga berkembang pesat Kerajaan Malaka sebelum kedatangan Portugis tahun 1511 M yang membuat pusat sastra berpindah ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Masih berkaitan dengan ensiklopedi yang disusun oleh Lembaga Seni Budaya Islam MUI, Dr. Aguk Irawan juga mengatakan peran sastrawan pada masa itu sangat besar. Apalagi dengan masyarakat yang baru saja lepas dari agama sebelumnya.
Para sastrawan menuliskan berbagai kisah Nabi Muhammad Saw dan sahabat, juga wali dan tokoh-tokoh besar. Lewat cerita ini, masyarakat pada masa itu menjadi lebih mengenal dan memahami ajaran agama Allah Swt.
Lembaga Seni Budaya Islam MUI Susun Ensiklopedi
Prof Oman mengatakan bahwa ada kurang lebih 1.000 pertanyaan mengenai banyak hal dari Abdullah bin Salam kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah dibukukan. Naskah tersebut selanjutnya diterjemahkan serta ditafsirkan dalam bahasa Indonesia, Jawa, juga Sunda.
Sementara itu, dilanjutkan oleh Prof Omar atau dikenal dengan Kang Omar bahwa di komunitas Minang, berkenaan keislaman diterjemahkan oleh Syekh Burhanudin. Dalam hal ini, Dulang menjadi salah satu bagian dari Budaya Minang.
Prof. Omar juga mengungkapkan harapannya pada penyusunan Ensiklopedi Lembaga Seni Budaya agama Islam MUI. Terutamanya adalah pembaca dapat memahami Islam normatif dan empirik melalui entri sastra, seni, juga budaya dalam ensiklopedi ini.
Selain itu, penyusunan yang dilakukan oleh Lembaga Seni Budaya agarma Islam MUI menurut Dr. Aguk merupakan panduan seni Islami yang ditulis serta diterbitkan oleh lembaga sendiri. Di dalamnya nanti merupakan kumpulan khazanah dari kesenian Islam di Nusantara.
Masuknya keislaman di Indonesia melalui sejarah yang sangat panjang dan perpadu dengan kebudayaan lokal. Oleh karena itu, penyusunan ensiklopedi oleh Lembaga Seni Budaya Islam MUI akan menjadi kumpulan kekayaan khazanah nusantara.
Posting Komentar