Mengenal Keluarga ‘Imran, Keluarga Mulia yang Namanya Diabadikan Dalam Al Qur’an
Kisah keluarga 'Imran | Photo Liane Metzler by unsplash |
Keluarga ‘Imran adalah keluarga saleh yang namanya diabadikan di dalam Al Qur'an yaitu sebagai nama surah ketiga, Surah Ali ‘Imran. Keluarga ‘Imran merupakan keluarga mulia yang akan melahirkan Nabi ‘Isa dan Nabi Yahya. Keluarga ‘Imran tinggal di Palestina yang saat itu masih berada dalam kekuasaan Kekaisaran Romawi Kuno yang berpusat di Kota Roma. Palestina dan sekitarnya saat itu masuk ke dalam Provinsi Yudea yang diperintah oleh Raja Herodus.
Saat itu yang menjadi kaisar Romawi adalah Kaisar Augustus yang memerintah sejak tahun 31 SM, menggantikan Yulius Caesar. Pemerintahan Kekaisaran Romawi Kuno ini menyembah dewa-dewa Yunani dan Romawi, juga terpengaruh dari Paganisme Mesir dan Persia. Bani Israil sendiri pada umumnya sudah menyimpang sangat jauh dari ajaran Nabi Dawud dan Sulaiman as.
Kemuliaan Nasabnya
Nama lengkapnya adalah ‘Imran bin saham bin Amor bin Meisyan bin Heizkil bin Ahrif bin Baum bin Ezazia bin Amsiya bin Nawus bin Nunya bin Bared bin Yosafat bin Radim bin bin Abia bin Rabeam bin Sulaiman bin Dawud. ‘Imran memiliki isteri bernama Hannah binti Faqudza. Ia dikaruniai seorang puteri bernama Maryam (Ibunda ‘Isa as.).
Dikisahkan bahwa Hannah (Ibunda Maryam) tidak dapat memiliki keturunan. Lalu ia bernazar kepada Allah jika suatu hari nanti ia hamil, jika anaknya laki-laki, ia akan menjadikan puteranya itu untuk mengabdi di Baitul Maqdis. Namun, takdir Allah berkata lain, ia melahirkan seorang anak perempuan, yang diberi nama Maryam.
Rencana Allah sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang ibunda Maryam bayangkan. Allah bermaksud menciptakan manusia tanpa ayah, yang dikemudian hari, akan menjadi Nabi utusan Allah untuk menyelamatkan manusia dari kemerosotan akhlak pada masa itu. Ada perselisihan mengenai siapakah yang akan mengasuh Maryam karena ayahnya ‘Imran. wafat ketika Maryam belum lahir. Akhirnya, terpilihlah Zakariya sebagai orang yang akan bertanggung jawab dalam membesarkan Maryam.
Maryam binti ‘Imran
Maryam binti ‘Imran dibesarkan dalam sebuah keluarga bertakwa, ahli ibadah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Maryam adalah seorang perawan yang bisa mengandung, dimana ia akan melahirkan Nabi ‘Isa as. Maryam merupakan sosok perempuan shalehah yang banyak disebut namanya.
Maryam lahir dari pasangan ‘Imran bin Saham dan Hannah binti Faqudza. Ayahnya merupakan pemuka Bani Israil sekaligus pemimpin para pendoa dalam tradisi Yahudi Baitul Maqdis. Beliau juga sahabat dekat Nabi Zakariya as. Bahkan saking dekatnya, mereka berdua menikahi dua puteri Faqudza, yakni Hannah dan Isysya‟. ‘Imran menikahi Hannah binti Faqudza dan Zakariya as. menikahi Isysya‟ binti Faqudza. Zakariya as. memiliki seorang putera yang akan menjadi Nabi, yakni Yahya as. Jadi hubungan antara Nabi Yahya as. dengan Nabi ‘Isa as. adalah paman dengan keponakan.
Tanda-tanda keistimewaan Maryam sudah tampak sejak masih kecil. Pertumbuhan Maryam lebih cepat dibanding rata-rata perempuan seusianya. Uniknya lagi, Maryam tidak pernah mengalami menstruasi, sampai suatu hari malaikat Jibril menghampirinya dan memberikan kabar bahwa Allah telah memilihnya sebagai wanita pilihan yang akan melahirkan seorang putera tanpa ayah, yakni Nabi ‘Isa as. Sewaktu mengandung ‘Isa as., berbagai cacian dan tuduhan berzina diarahkan kepadanya, karena dapat hamil tanpa seorang ayah. Maryam pun diusir dari Baitul Maqdis dalam kondisi hamil tua. Tanpa seorang pun yang menolongnya, Maryam melahirkan ‘Isa dibawah pohon kurma.
Kegigihan Maryam dalam menhadapi cobaan hidup menjadikannya sebagai perempuan paling sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah sehingga ditetapkan oleh Allah sebagai salah satu perempuan paling terpuji di dunia. Maryam berhasil merawat ‘Isa as. hingga dewasa dan terpilih sebagai utusan Allah. Bersama putera yang dicintainya, Maryam hidup membangun keluarga di dataran tinggi dengan mata air yang mengalir.
Maryam selalu mendampingi Nabi ‘Isa as. dalam berdakwah, bahkan sampai detik-detik terakhir sebelum Nabi ‘Isa diangkat oleh Allah.
Nabi ‘Isa as.
‘Isa bin Maryam, Nabi terakhir Bani Israil lahir di Betlehem (Baitullahmi) pada masa kekuasaan Raja Herodes Romawi di Palestina. Kelahirannya merupakan sebuah mukjizat sebab ibunya Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki. Di dalam Al Qur‟an, dia disebut dengan nama ‘Isa dengan gelar Al Masih dan Ibnu Maryam.
Kapasitasnya ialah sebagai hamba dan Rasul Allah. ‘Isa bin Maryam merupakan cucu dari ‘Imran. Sejak kecil, ‘Isa telah menunjukkan perilaku yang berbeda dibandingkan teman-teman sebayanya, dimana ia sangat haus ilmu pengetahuan. Sejak usia 12 tahun, ia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan menghadiri pertemuan serta diskusi para ulama di Baitul Maqdis. Nabi ‘Isa dibawa ke Baitul Maqdis oleh ibunya dan pamannya, Yusuf An Najjar. Saat berusia 30 tahun, Nabi ‘Isa berkunjung kepada orang yang telah mendidik ibunya dalam kesucian, yakni Nabi Zakariya as.
Dalam kunjungan inilah, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi ‘Isa di bukit Zaitun, serta mengajarinya Taurat dan Injil. Mulailah Nabi ‘Isa menyampaikan ajarannya sebagai seorang Rasul, mengajak mereka untuk mengikutinya, dan mengembalikan bangsa Yahudi dari penyelewengan, mencegah mereka dari kesesatan, dan menerangkan kepada mereka mengenai hal-hal yang halal dan haram.
Nabi ‘Isa terus giat bedakwah, dan mulai mendapat banyak simpati dari kaumnya. Hal ini membuat para pemuka Yahudi merasa terancam dengan reputasi Nabi ‘Isa. Terlebih lagi setelah Nabi ‘Isa menunjukkan beberapa mukjizat yang diberikan Allah, seperti menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan penyakit kusta. Para tokoh Yahudi itu pun menghasut orang-orang Romawi dengan mengatakan bahwa Kekaisaran Romawi akan dilenyapkan oleh Nabi ‘Isa.
Mengetahui hal tersebut, tentara Romawi pun mengejar ‘Isa kemana pun ia pergi. Maka Allah menyerupakan Yudas Askariat, salah seorang sahabat Nabi ‘Isa yang berkhianat dengan wajah Nabi ‘Isa, sehingga tentara Romawi menangkap Yudas dan menyalibnya, sedangkan Nabi ‘Isa as diselamatkan Allah.
Nabi Zakariya as.
Nabi Zakariya termasuk keturunan Sulaiman bin Dawud. Nama isterinya adalah Isya‟ binti Faqudza, yang merupakan ibu dari Nabi Yahya as. Sedangkan saudara peempuannya adalah Hannah yang merupakan isteri dari ‘Imran. Isysya‟ dan Hannah termasuk keturunan Yahudza bin Ya‟qub as.
Zakariya adalah salah seorang anggota Bani Israil yang shaleh. Dia punya keistimewaan besar dengan sosok yang tenang, bersih, dan menjalani kehidupannya dengan terpuji. Dia berusaha maksimal untuk tidak berbuat dosa. Hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk beribadah kepada Allah di bangunan besar Baitul Maqdis. Dia mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya dengan bekerja sebagai tukang kayu. Pada waktu itu, Bani Israil telah jauh sekali dari ajaran yang diturunkan kepada Musa as. dan mereka sudah menyimpang dari syariat. Hanya tinggal Zakariya dan ‘Imran yang beribadah dan berdiam diri di bangunan besar Baitul Maqdis.
Nabi Zakariya adalah orang yang mendapatkan hak asuh Maryam sepeninggal ‘Imran. Zakariya sangat takjub terhadap ketaatan beribadah Maryam. Suatu hari saat menengok Maryam, dia melihat ada buah-buahan di dekat Maryam, bahkan buah-buahan yang bukan musimnya. Maryam menjelaskan bahwa itu semua berasal dari Allah.
Nabi Zakariya ingin mendapat kemuliaan dari Allah berupa seorang anak, ia pun bermunajat kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Allah pun berfirman melalui malaikat Jibril bahwa Zakariya akan mendapat seorang anak bernama Yahya. Setelah isterinya mengandung dan melahirkan anak laki-laki, ia memberi nama puteranya Yahya. Sama seperti ayahya, Yahya juga kelak akan menjadi seorang Nabi.
Ditulis Oleh: Muhammad Apria Iswara
Referensi :
1. Skripsi : “Karakteristik Keluarga „Imran” Fakultas Ushuluddin dan Politik UIN Alauddin Makasar Karya Budiman Kadir.
2. www.kisahmuslim.com
Posting Komentar