Biografi Tokoh Islam
Sejarah
Cahaya Islam – Pahlawan nasional adalah gelar anumerta, penghargaan tingkat tinggi yang diberikan pemerintah Indonesia. Anumerta berarti penghargaan yang diberikan kepada seseorang dari pemerintah atau lembaga tertentu atas jasa-jasa yang telah dilakukan. Gelar ini biasanya diberikan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.
5 Pahlawan Muslim Berpengaruh pada Masa Kemerdekaan
Daftar Isi [Tampilkan]
Ilustrasi Pahlawan Indonesia | Foto: pinterest.com |
Cahaya Islam – Pahlawan nasional adalah gelar anumerta, penghargaan tingkat tinggi yang diberikan pemerintah Indonesia. Anumerta berarti penghargaan yang diberikan kepada seseorang dari pemerintah atau lembaga tertentu atas jasa-jasa yang telah dilakukan. Gelar ini biasanya diberikan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.
Indonesia bisa menjadi seperti sekarang ini adalah hasil dari perjalanan panjang yang mengorbankan banyak hal, nyawa maupun harta. Indonesia pernah dijajah oleh beberapa negara, pribumi dijadikan budak, diperas, dan sangat sedikit sekali bisa menikmati hasil bumi negeri sendiri.
Namun, rakyat Indonesia pada saat itu terus berjuang untuk mengusir penjajah. Banyak sekali tokoh dari berbagai lapisan masyarakat bersatu dan berjuang, mencurahkan ide, rela berkorban fisik, psikis, hingga nyawa agar Indonesia merdeka.
Setelah dijajah lebih dari 350 tahun, selain Bung Karno dan Bung Hatta, berikut ini adalah 5 daftar nama tokoh pahlawan nasional muslim Indonesia yang berpengaruh pada masa kemerdekaan :
1. Pahlawan Nasional Muslim Indonesia : Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol lahir di Pagaruyung tahun 1772 dan memiliki nama asli Muhammad Syahab. Tuanku Imam merupakan gelar yang beliau dapatkan selain Peto Syarif dan Malin Basa. Beliau adalah pemimpin Perang Padri yang saat itu bersama kaum Adat bersatu melawan Belanda.
Awalnya, Perang Padri adalah perang antara sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak. Hal yang mendasari timbulnya peperangan ini adalah karena ulama di Kerajaan Pagaruyung berkeinginan menjalankan syariat Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dan berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah. Para ulama di Pagaruyung pun meminta kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam (bid’ah).
Tahun 1815, terjadilah peperangan keduanya di Batu Sangkar dan kaum Adat resmi bekerja sama dengan Belanda pada 1821 untuk melawan kaum Padri. Kemudian, sejak awal 1833 kaum Adat dan kaum Padri bersatu untuk melawan Belanda. Pihak-pihak yang awalnya bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Ada penyesalan yang dirasakan oleh Tuanku Imam Bonjol karena peperangan justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau. Akhirnya, pada 1837, Tuanku Imam Bonjol menyerah dan kemudian diasingkan ke Ambon, kemudian dipindahkan ke Lotta.
2. A. R. Baswedan Pahlawan Nasional Muslim Indonesia
Abdurrahman Baswedan atau dikenal A. R. Baswedan adalah seorang jurnalis yang menyerukan orang-orang keturunan Arab untuk bersatu membantu Indonesia melawan penjajah. A. R. Baswedan adalah orang yang mempertaruhkan keselamatan diri sendiri dengan memberanikan diri membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948.
Padahal saat itu, Belanda dan Sekutu telah menguasai semua bandara di kota-kota besar. Namun, beliau tetap nekat mengantarkan dokumen itu ke Mesir untuk mendapatkan pengakuan dari Mesir secara de facto dan de jure bahwa Indonesia adalah sebuah negara.
Beliau juga merupakan muballigh. Beliau sering diminta K. H. Mas Mansoer, temannya ketika bersekolah di Hadramaut School Surabaya, untuk membantunya mendakwahkan Islam. A.R. Baswedan pun pernah menjadi ketua Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Yogyakarta dan bergabung dalam Partai Masyumi.
3. Pangeran Antasari
Gusti Inu Kartapati, panggilan masa muda Pangeran Antasari. Anak dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah ini dinobatkan sebagai Sultan Banjar pada 14 Maret 1862 dan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Bukan hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga diakui sebagai pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Murung, Kutai, dan Suku Pasir.
Pangeran Antasari adalah salah satu orang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perang Banjar adalah perang yang dipimpin Pangeran Antasari bersama 300 prajuritnya untuk menyerang tambang batu bara milik Belanda.
Pasukan Belanda yang dibantu dengan persenjataan modern pun berhasil mendesak pasukan Pangeran Antasari. Namun, Pangeran Antasari tidak menyerah begitu saja untuk kemerdekaan Indonesia. Beliau pun kemudian membangung pusat benteng perahanannya di Muara Teweh.
Belanda berkali-kali membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun Pangeran Antasari tetap tidak berputus asa dan mengatakan “…….dengan tegas ami terangkan kepada tuan bahwa kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuan g terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)….”
4. Abdulrachman Saleh
Prof. dr. Abdulrachman Saleh atau biasanya dijuluki Karbol adalah pahlawan nasional Indonesia, memiliki peran penting di Radio Republik Indonesia, dan merupakan bapak fisiologi kedokteran Indonesia.
Beliau lahir di Jakarta, 1 Juli 1909. Beliau memiliki pengalaman sekolah di HIS atau Sekolah Rakyat dengan bahasa Belanda, kemudian MULO (SMP), dan AMS (SMU). Setamatnya dari SMU, beliau melanjutkan ke STOVIA. Namun, belum sampai menyelesaikan pendidikannya, STOVIA sudah dibubarkan. Kemudian, beliau meneruskan di GHS (Geneeskundige Hoge School) yang merupakan sekolah tinggi bidang kedokteran.
Selain sebagai seorang dokter, beliau juga memimpin perkumpulan VORO atau perkumpulan bidang radio. Beliaulah yang juga berperan menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia melalui Siaran Radio Indonesia Merdeka hingga terdengar ke luar negeri.
Pada 1946, blai diangkat sebagai Komandan Pangkalan Udara Madiun dan mendirikan Sekolah Teknik Udara serta Sekolah Radio Udara di Malang. Namun, beliau tidak melupakan profesinya sebagai dokter dan rajin memberikan kuliah di Perguruan Tinggi Dokter di Jawa Tengah.
Ketika Belanda melakukan agresi pertamanya, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Mereka kemudian mampir ke Singapura untuk mengambill bantuang obat-obatan. Namun, pesawat yang ditumpangi keduanya ditembak oleh pesawat P-40 Kittyhawk Belanda saat perjalanan kembali ke Yogyakarta. Pesawat pun kehilangan keseimbangan dan menyambar pohon hingga terbelah menjadi dua kemudian terbakar. Abdulrachman Saleh pun meninggal dalam kejadian tersebut.
5. Ki Hajar Dewantara Pahlawan Nasional Muslim Indonesia, Bapak Pendidikan Indonesia
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau kemudian dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi. Slogannya yaitu tut wuri handayani menjadi slogan Kementerian Pendidikan Indonesia.
Beliau merupakan putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Paku Alam III. Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di ELS, kemudian melanjutkan ke STOVIA namun tidak sampai selesai karena sakit. Ki Hajar Dewantara kemudian pernah bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Ki Hajar Dewantara, ketika berusia 24 tahun, menuliskan sebuah tulisan yang kemudian membuatnya diasingkan. Tulisan itu berisi kritikan kepada pejabat Hindia Belanda yang saat itu meminta sumbangan kepada warga untuk merayakan kemerdekaan Belanda dari Perancis. Berikut kutipan tulisan Ki Hajar Dewantara pada tulisan itu
“…….bukan saja tidak adil, tapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya……”
Pulau Bangka adalah tempat yang diminta sendiri oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tempat pengasingan saat ditangkap. Namun, teman-temannya yaitu Douwest Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo memprotes hingga akhirnya ketiganya diasingkan di Belanda.
Selama dalam pengasingan, Ki Hajar Dewantara aktif mengikuti organisasi pelajar asal Indonesia bernama Indische Vereeniging. Kemudian beliau mendirikan Kantor Berita Indonesia. Ki Hajar Dewantara senang dengan ide-ide beberapa tokoh pendidikan Barat seperti Montessori dan Froebel yang kemudian menjadi dasarnya dalam mengembangkan sistem pendidikan sendiri.
Setelah lebih dari tujuh tahun diasingkan, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia. Kemudian, pada 1922, beliau mendirikan sekolah bernama Perguruan Nasional Tamansiswa.
Kemudian, pada 17 Agustus 1946, beliau ditetapkan sebagai Maha Guru pada Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Magelang. Beliau juga dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Itulah 5 profil tokoh pahlawan Islam yang berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia. Semangat dan rela berkorban dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia patut kita contoh. Jangan berkecil hati karena bingung dengan apa caranya karena kita bisa memaksimalkan potensi diri kita masing-masing untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan juga negara.
Penulis : Annisa Abdillah
Posting Komentar