Kisah Muslim
Khalifah Harun Al Rasyid Dan Puncak Kegemilangan Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban Islam
Daftar Isi [Tampilkan]
Harun Al Rasyid (Ilustrasi) | Foto: jalansirah.com |
Cahaya Islam - Harun Al Rasyid adalah Khalifah kelima Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Kota Baghdad, Irak. Ia naik tahta menggantikan saudaranya, Khalifah Musa Al Hadi setelah memerintah kurang lebih satu tahun. Harun Al Rasyid dianggap sebagai Khalifah yang mampu menghantarkan Daulah Abbasiyah menuju masa keemasannya dengan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan dan berbagai bidang kemajuan lainnya. Pada masanya, Kota Baghdad menjelma menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Banyak ilmuwan dan cendekiawan yang berasal dari berbagai daerah bertemu dan menciptakan karya-karya hebat yang berhasil merubah dunia dan digunakan hingga kini. Puluhan buku dari berbagai wilayah didatangkan dan dilakukan penerjemahan ke dalam bahasa Arab. Pada saat itu, tak ada perpustakaan yang mampu menandingi kehebatan perpustakaan Baghdad kecuali perpustakaan di Kota Cordova di Spanyol yang juga dibangun oleh kaum muslimin.
Harun Al Rasyid memiliki nama lengkap Harun Al Rasyid bin Muhammad Al Mahdi bin Al Manshur. Ia lahir di Kota Rayy pada tahun 145 Hijriyah. Ia merupakan saudara kandung dari Khalifah Musa Al Hadi. Ayahnya, Muhammad Al Mahdi, mengangkatnya sebagai komandan militer wilayah Ash Shaifah pada tahun 163 Hijriyah dan kemudian menjadi gubernur wilayah barat, mulai dari Anbar hingga Afrika Utara.
Harun Al Rasyid naik tahta menjadi Khalifah pada tanggal 14 september 786 Masehi atau 14 Rabiul Awwal 170 Hijriyah ketika berusia 25 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 23 tahun. Beberapa negara yang juga memerintah pada saat itu yaitu Daulah Umawiyah di Andalusia, Daulah Idrisiyah di Maroko, Kekaisaran Byzantium di Konstantinopel, dan Kerajaan Perancis yang dipimpin oleh Raja Charlmagne.
Kota Baghdad
Kota Baghdad dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Abu Jafar Al Manshur. Sebelum memindahkan ibukota ke Baghdad, Ibukota Abbasiyah adalah Kota Hasyimiyah. Namun, Khalifah Al Manshur ingin menjauhkan diri dari Kufah sehingga ia sering keluar bersama pasukannya ke suatu tempat diantara sungai Tigris dan sungai Eufrat yang akhirnya dibangun menjadi sebuah kota dan dikenal sebagai Kota Baghdad.
Kota Baghdad memiliki 4 pintu gerbang, dimana dua pintu berhadapan dengan yang lainnya. Masing-masing pintu gerbang memiliki pintu tambahan selain pintu utama. Apabila seseorang masuk dari pintu gerbang Khurasan, maka akan belok ke kiri menuju sebuah lorong dan terbuat dari batu-bata dan kapur. Dalam pembangunan kota ini, Khalifah Al Mansur menghabiskan dana sekitar 8 juta dinar.
Khalifah Al Manshur kemudian menghiasi kota Baghdad dengan mendatangkan para ulama dari berbagai penjuru negeri. Kota Baghdad memiliki arsitektur yang begitu mengagumkan sehingga dijuluki dengan Ummud Dunya, sebagai pusat lahirnya peradaban Islam yang akan menerangi dunia.
Baghdad merupakan kota yang tiada bandingannya dengan kota manapun di dunia. Bahkan, ketika kota-kota di Eropa seperti London masih gelap dan kotor, Baghdad telah berkembang menjadi tempat dengan penerangan dari lampu-lampu yang indah. Ketika orang Eropa belum mengenal akan pentingnya kebersihan, di kota Baghdad telah dibangun banyak pemandian umum dan air mancur. Di Kota Baghdad juga dibangun pasar, masjid, rumah megah, madrasah, toko, serta kebun yang rindang. Karena keindahannya yang luar biasa, Kota Baghdad dalam banyak dongeng disebut sebagai Negeri Seribu Satu Malam.
Kepribadian Khalifah Harun Al Rasyid
Khalifah Harun merupakan orang yang sangat dekat dengan ulama dan senantiasa menjaga syariat dan hukum-hukum Allah. Ia terbiasa melakukan shalat sampai 100 rakaat setiap harinya hingga ia meninggal. Ia juga selalu bersedekah sebanyak 1000 Dirham setiap harinya. Kebiasaan bersedekah ini kemudian diikuti oleh penerusnya yakni Al Makmun. Khalifah Harun tidak pernah absen untuk menunaikan ibadah haji. Ia selalu menunaikan ibadah haji, kecuali jika sedang berperang. Sepanjang tahun dalam hidupnya, ia habiskan untuk berjihad di jalan Allah dan menegakkan keadilan. Ia pernah memimpin ibadah Haji sebanyak 9 kali, yaitu pada tahun 170, 173, 174, 175, 177, 180, 181, 186, dan tahun 188 Hijriyah. Ia merupakan orang yang tidak terlena dengan kemewahan dunia dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memimpin pasukannya di medan jihad.
Khalifah Harun Al Rasyid merupakan orang mengikuti jejak Khalifah Abu Jafar Al Manshur, kakeknya. Ia menyukai syair dan sastra serta sering berkumpul dengan para ahli fikih dan tidak menyukai perdebatan. Ia senantiasa mendengarkan keluhan yang datang dari rakyatnya. Ia merupakan pemimpin yang terbiasa memimpin langsung pasukannya dan tidak melepaskannya begitu saja. Sehingga ia mampu menghantarkan Kekhalifahan menuju puncak Kejayaannya.
Peradaban Pada Masa Khalifah Harun Al Rasyid
Dari segi arsitektur, Kota Baghdad merupakan kota dengan peradaban paling maju dan megah dari kota manapun. Kota Baghdad memiliki istana-istana megah yang indah dan kokoh, dan pembangunannya bisa menelan dana sampai ratusan ribu Dinar. Di sebelah Timur terdapat istana-istana keluarga Al Barmaki, pasar-pasar, masjid-masjid, serta tempat pemandian umum. Di sebelah Barat terdapat Istana Kekhalifahan yang tinggi menjulang, dimana setiap orang yang melihatnya akan terpukau dengan keindahan arsitekturnya.
Dari segi kekayaannya, Kota Baghdad banyak mendapat hasil bumi yang berasal dari berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah. Jika ditotalkan, maka jumlah kekayaan tersebut mencapai 400 Juta Dirham yang masuk ke Baitu Mal yang dikelola oleh Khalifah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Baghdad merupakan pusat pemebelajaran bagi para pelajar yang berasal dari berbagai daerah dari kota-kota Islam. Mereka datang berbondong-bondong ke kota itu untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Baghdad merupakan kota Islam yang melahirkan banyak ulama terkenal. Diantara ulama terkenal tersebut adalah para Imam Madzhab yang ulung, yaitu Imam Asy Syafii, Imam Malik bin Anas, Imam Ahmad bin Hambal, dan Imam Abu Hanifah.
Perpustakaan Baitul Hikmah
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan Besar yang didirikan oleh Khalifah Harun Al Rasyid pada tahun 813 Masehi yang terletak di jantung kota Baghdad. Baitul Hikmah kemudian mengalami perkembangan pesat pada masa pemerintahan Khalifah Al Makmun. Baitul Hikmah merupakan lembaga ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para ilmuwan dari berbagai daerah untuk bertukar pikiran dan menghasilkan karya-karya hebatnya. Di Baitul Hikmah, banyak terdapat buku yang didatangkan dari negeri Persia dan Yunani dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan, dimana para siswa belajar langsung kepada para guru handal pada saat itu.
Baitul Hikmah diresmikan pada tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 395 Hijriyah. Di tempat ini, para siswa bisa belajar mengenai Al Quran, Sastra, Farmasi, Astronomi, Kedokteran, Filsafat, Kimia, Biologi, Fisika, Musik, Geografi, hingga Sejarah.
Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang menjadi awal kemajuan Islam yang mampu menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa pemerintahan Khalifah Al Makmun, ilmu pengetahuan dan intelektual semakin maju dan Baitul Hikmah semakin berkembang dengan adanya puluhan ilmuwan hebat yang berasal dari berbagai negeri. Pada masa pemerintahannya, Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, namun juga sebagau pusat penelitian dan Riset Matematika dan Astronomi. Pada tahun 832 Masehi, Khalifah Al Makmun melengkapi Batul Hikmah dengan teropong perbintangan yang lengkap.
Gerakan Penerjemahan
Usaha penerjemahan karya-karya ilmiah terjadi ketika lembaga ini dikepalai oleh Hunain bin Ishaq, seorang yang pandai Arab bahasa dan Yunani. Ia memperkenalkan metode penerjemehan baru, yaitu menerjemahkan kalimat, bukan kata per kata, hal ini dilakukan agar dapat memperoleh keakuratan naskah. Hunain juga memperkenalkan metode dengan membandingkan beberapa naskah. Hunain berhasil menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab. Salah satu buku yang ia terjemahkan adalah buku kedokteran yang dikarang oleh Paulus Al Algani. Dengan bantuan para penerjemah dari Baitul Hikmah, ia juga mampu menerjemahkan karya-karya Plato, Magna Moralia, dan Aristoteles.
Selain Kota Baghdad, kota-kota di Persia seperti Merv dan Jundishapur, penerjemahan dilakukan dengan mentejemahkannya dulu ke bahasa Syiria Kuno, baru kemudian ke bahasa Arab. Hal ini dikarenakan para penerjemah berasal dari kalangan pendeta Kristen Syiria. Diantara ilmuwan yang terkenal masyhur pada saat itu yaitu :
1. Hunain bin Ishaq, Ahli Penyakit Mata.
2. Ar Razi, Dokter penyakit Cacar dan Campak.
3. Ibnu Sina, yang terkenal dengan karyanya Al Qanun Fi Ath Thib.
4. Abu Marwan Abdul Malik bin Abdul A’la, Ahli penyakit Dalam.
5. Ibnu Rusyid, Perintis penelitian Pembuluh darah.
6. Jabir Al Batani, Pencipta teropong Bintang Pertama.
7. Al Biruni.
8. Muhammad bin Musa Al Khawarizmi, Ahli Matematika yang memperkenalkan konsep Al Jabar.
9. Umar Khayyam, karyanya yang berjudul Treatise on Al Gebra telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepecke.
10. Al Kindi dan Al Farabi sebagai Ahli filsafat.
11. Imam Al Ghazali, Sang Hujjatul Islam.
12. Jabir bin Hayyan, Ahli Kimia.
Baitul Hikmah dihancurkan ketika Invasi Bangsa Mongol ke Dunia Islam pimpinan Hulagu Khan. Buku-buku yang ada dibakar oleh mereka dan abunya dibuang ke sungai Tigris hingga air sungainya berwarna hitam akibat lunturnya tinta-tinta ilmu pengetahuan dari buku tersebut.
Wafatnya Harun Al Rasyid
Khalifah harun Al Rasyid wafat pada malam Sabtu, tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 193 Hijriyah pada usia 48 tahun. Ketika ia mengetahui akan pemberontakan Rafi bin Laits di Transoxiana, ia bergerak bersama puteranya Abdullah Al Makmun hingga mencapai kota Thusi. Disanalah penyakitnya kambuh dan menghantarkannya kepada Rabbnya. Ia dimakamkan di Kota Thusi dan meninggalkan 12 orang putera dan 4 orang puteri. Sepeninggalnya, tahta Kekhalifahan dilanjutkan oleh puteranya yaitu Muhammad Al Amin.
Referensi :
Al Khudari., M. 2016. Bangkit Dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah. Jakarta : Pustaka Al Kautsar.
Irfan. 2016. Peranan Baitul Hikmah Dalam Menghantarkan Kejayaan Daulah Abbasiyah. Jurnal As Salam. 1 (2) : 139.
Sudiar., N. 2014. Pengelolaan Perpustakaan Baitul Hikmah. Jurnal Ilmu Budaya. 11 (1) : 23.
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar