Kisah Muslim
Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Sang Khalifah Pemberantas Kemiskinan
Daftar Isi [Tampilkan]
Ilustrasi | Foto: tajdid.id |
Umar bin Abdul Aziz merupakan Khalifah ke-8 dari Kekhalifahan Bani Umayyah yang berpusat di Kota Damaskus. Nama aslinya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al Hakam bin Abul Ash bin Umayyah. Ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Al Khattab. Ayahnya bernama Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur jenderal Mesir pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia dilahirkan di Kota Madinah Al Munawwarah pada tahun 60 Hijriyah.
Umar bin Abdul Aziz merupakan Khalifah yang membawa Kekhalifahan Umayyah menuju masa kejayaannya. Ia berhasil menciptakan kemakmuran di antara seluruh rakyatnya. Bahkan saking makmurnya, pada masa pemerintahannya, tidak ditemukan orang yang berhak untuk menerima zakat fitrah. Ia adalah Khalifah yang mengibarkan bendera kebenaran di tengah umat manusia, memberikan keadilan kepada rakyat, kasih sayang, serta kesejahteraan.
Umar dibesarkan di Madinah berdasarkan keinginan ayahnya yang menjabat sebagai gubernur Mesir. Ayahnya ingin Umar tetap tinggal di Madinah bersama cucu-cucu Umar bin Khattab Al Faruq lainnya, agar bisa menimba ilmu dari guru-gurunya yang tinggal di Madinah. Madinah kala itu merupakan kota mercusuar ilmu pengetahuan seperti Fikih, Hadits, Ketakwaan, Kewara’an dan Kesalehan. Umar bin Abdul Aziz tumbuh besar di tengah masyarakat yang cinta akan ilmu pengetahuan. Ia bahkan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat dan tabi’in seperti seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib, As Saib bin Yazid, Sahl bin Saad, Yusuf bin Abdullah bin Salam, Said bin Al Musayyib, serta beberapa sahabat senior lainnya.
Umar bin Abdul Abdul Aziz merupakan seorang ahli Fikih dan seorang tabi’in yang mulia. Umar tetap tinggal di Madinah hingga ayahnya meninggal dunia pada tahun 85 Hijriyah. Kemudian ia dibawa oleh pamannya, Khalifah abdul Malik bin Marwan untuk tinggal menetap di Damaskus. Bahkan ia dinikahkan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dengan salah seorang putrinya yang bernama Fathimah. Khalifah Abdul Malik kemudian mengangkatnya menjadi seorang kepala daerah di negeri Syam bernama Khanashirah karena Khalifah Abdul Malik ingin agar Umar belajar untuk mengelola pemerintahan. Ia tetap menjabat sebagai kepala daerah tersebut hingga Khalifah Abdul Malik meninggal pada tahun 86 Hijriyah.
Umar bin Abdul Aziz sebagai Walikota Madinah
Sepeninggal Khalifah Abdul Malik bin Marwan, Kekhalifahan dipegang oleh putranya yakni Al Walid bin Abdul Malik. Khalifah Al Walid bin Abdul Malik senantiasa memperlakukan Umar bin Abdul Aziz, saudara sepupunya dengan baik. Khalifah Al Walid pun mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai Walikota Madinah pada tahun 87 Hijriyah.
Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Walikota Madinah membuktikan bahwa Khalifah Al Walid ingin menebarkan keadilan diantara warga Madinah. Sebab Walikota sebelumnya, yaitu Hisyam bin Ismail Al Makhzumi telah bertindak sewenang-wenang dan bertindak buruk terhadap warga Madinah. Karena itu Khalifah Al Walid mengangkat seorang yang dianggap dapat memberikan keadilan terhadap rakyatnya.
Umar bin Abdul Aziz pun memperlihatkan tekadnya untuk menegakkan keadilan antara warga Madinah. Ia mengumpulkan sepuluh tokoh terbaik di kota itu yang notabenenya adalah para guru dan sahabatnya. Umar bin Abdul Aziz mengangkat mereka sebagai rekan dan penasihat.
Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai Walikota Madinah selama 6 tahun dan selama itu pula ia disenangi oleh rakyatnya. Selama menjabat sebagai Walikota Madinah, ia banyak melakukan perbaikan terhadap pembangunan negara, salah satunya adalah merenovasi masjid Nabawi atas perintah dari Khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Umar juga banyak menunaikan ibadah haji selama di Madinah.
Pada akhir era Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diberhentikan dari jabatannya sebagai walikota Madinah. Ia kemudian kembali ke negeri Syam dan tidak menduduki jabatan resmi apapun. Sepeninggal Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, tahta Kekhalifahan digantikan oleh saudaranya yakni Sulaiman bin Abdul Malik. Umar bin Abdul Aziz kemudian menjadi orang terdekat Khalifah. Ia selalu menemani sang Khalifah dalam mengatur pemerintahan, menemani sang Khalifah berhaji, dan menjadi penasihat Khalifah dalam menangani berbagai masalah kenegaraan. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik begitu memuliakan Umar bin Abdul Aziz karena ketakwaannya, kesalehannya, dan keadilannya sehingga Khalifah Sulaiman mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai putra mahkota yang akan menggantikannya kelak.
Umar bin Abdul Aziz Menduduki Tahta Kekhalifahan
Setelah wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, tahta Kekhalifahan dilanjutkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz merupakan Khalifah yang mampu membawa Kekhalifahan Bani Umayyah menuju masa kemakmuran dan kesejahteraannya. Ia memperbaiki segala macam kesalahan -kesalahan yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya dalam mengatur urusan kenegaraan.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan pribadi yang begitu zuhud dan selalu memikirkan akan kehidupan akhirat. Meskipun semua kekayaan negara mengalir kepadanya, mendapat semua kenikmatan dan karunia akan harta dari keuangan negara, ia selalu menolaknya dan lebih menyukai untuk hidup sederhana. Ia bahkan tidak menggunakan kendaraan mewah dari kuda-kuda yang berkualitas tinggi. Ia juga tidak tinggal di Istana Kekhalifahan, ia lebih memilih untuk tinggal di rumahnya yang sederhana.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan khalifah yang mengutamakan efisiensi harta dan waktu. Ia menganggap harta dan waktu merupakan karunia yang tidak boleh disia-siakan. Ia selalu menggunakan harta negara untuk memperbaiki masalah-masalah kenegaraan seperti pembangunan masjid, tempat peradilan, pasar, mensejahterakan rakyat, serta menegakkan keadilan. Ia menganggap bahwa bermewah-mewahan akan membawa orang ke dalam kehancuran.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga melakukan reformasi terhadap administrasi negara. Ia mengeluarkan aturan untuk tidak memungut Jizyah dari orang-orang yang baru masuk Islam dari wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan. Dengan adanya kewajiban membayar Jizyah, ia menganggap bahwa orang-orang yang baru masuk Islam tidak ikhlas untuk memeluk agama Islam.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga merupakan orang yang sangat memperhatikan akan efisiensi waktu. Seorang muslim harus menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin, jika ia menyia-nyiakan waktunya maka itu akan membawanya kepada kehancuran dan berbagai keburukan lainnya. Ia merupakan orang yang tidak pernah menunda-nunda suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan pada saat itu juga. Seseorang pernah menasihatinya untuk beristirahat dan berjalan-jalan keliling kota karena melihatnya kelelahan dalam mengatur urusan kenegaraan.
Kesejahteraan dan ekonomi rakyat begitu terjamin pada masa pemerintahannya. Bahkan saking sejahteranya, sampai-sampai pernah suatu saat tidak ditemukan orang yang berhak untuk menerima zakat fitrah pada masa itu. Semua karunia akan kelimpahan harta negara pada saat itu dikarenakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan orang yang tidak pernah menggunakan harta negara untuk kepentingan pribadinya. Ia merasa tidak berhak untuk menikmati harta negara sebagaimana para Khalifah sebelumnya.
Pada masa pemerintahannya, ia banyak mengirimkan surat kepada para raja di negara yang bertetangga dengan Kekhalifahan Umayyah untuk mengajak mereka masuk Islam seperti para raja di kawasan Sindh, Transoxiana, Armenia, hingga Kaisar Byzantium di Konstantinopel.
Wafatnya Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz wafat pada tanggal 25 Rajab tahun 101 Hijriyah di wilayah Deir Sam’an yang termasuk dalam provinsi Homs dengan meninggalkan 14 orang putera. Meskipun masa pemerintahannya yang cukup singkat, yakni hanya sekitar 2,5 tahun, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dapat mengantarkan Kekhalifahan Umayyah menuju masa paling gemilang dan cemerlang dengan pembaharuan di bidang Politik, Arsitektur, Hukum, Peradilan, dan Kesejahteraan Ekonomi. Bukan hanya untuk Daulah Umayyah saja, melainkan untuk dunia Islam keseluruhan. Dengan wafatnya sang Khalifah mulia ini, meninggalkan duka dalam dunia Islam. Banyak pemimpin dunia pada saat itu yang menyayangkan kematian Umar bin Abdul Aziz. Bahkan ketika Kaisar Byzantium mengetahui tentang kematian Umar, Ia berkata “Aku tidak kagum pada ahli ibadah yang sembahyang dalam suraunya dan meninggalkan dunia. Namun, aku kagum pada orang yang dunia berada dalam genggamannya, namun ia meninggalkannya.”
Ditulis: Muhammad Apria Iswara
Referensi : Buku “Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah” Karya Prof. Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif.
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar