Kisah Muslim
Kisah Sahabat Rasulullah
Tentang Islam
Kisah Khalifah Utsman bin Affan, Sang Khalifah yang Dermawan
Daftar Isi [Tampilkan]
Utsman bin Affan (Ilustrasi) | Foto: okemuslim |
Cahaya Islam - Utsman bin Al Affan merupakan Khalifah ketiga dari Khulafa’ur Rasyidin menggantikan Khalifah Umar bin Al Khaththab. Ia memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abu Al Ash bin Umayyah bin Abdu Syam bin Qushai bin Kilab bin Murrah. Ia berasal dari Bani Umayyah, sama seperti Muawiyah bin Abu Sufyan. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz. Ia merupakan orang yang bertakwa, selalu menjalankan puasa sepanjang tahun dan selalu menjalankan Haji setiap tahun. Ia terkenal sebagai orang yang baik budi pekertinya, rendah hati, serta mengasihi sesama. Ia adalah sahabat yang paling dermawan, lapang dada, dan sangat senang berkurban terhadap keluarga dekat maupun jauh. Ia mendapat gelar Dzun Nurain yang berarti Pemilik Dua Cahaya, karena ia menikahi dua puteri Rasulullah, yaitu Ummu Kultsum dan Ruqayyah.
Khalifah Utsman bin Affan terkenal sebagai orang yang sangat pemalu. Ia dikaruniai harta yang begitu berlimpah, kebun yang luas, dan beberapa sumber mata air di Madinah. Ia mengikuti gaya pemerintahan Khalifah Umar bin Al Khaththab, dimana ia selalu mengawasi pemerintahan para gubernurnya. Ia selalu menanyakan tentang perilaku para gubernurnya kepada masyarakat.
Utsman bin Affan Sebagai Khalifah
Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khaththab, para sahabat yang merupakan para sahabat senior yang terdiri atas Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam melakukan musyawarah untuk memilih Khalifah umat Islam berikutnya. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut, maka terpilihlah Utsman bin Affan sebagai Khalifah menggantikan Umar. Hal ini berdasarkan kemuliaannya, kedermawanannya, dan ketakwaannya. Selain itu, Utsman juga merupakan menantu Rasulullah sekaligus orang terdekatnya.
Pada masa pemerintahannya, ia mengganti beberapa pejabat yang pernah diangkat oleh Khalifah Umar. Ia memberhentikan Amru bin Al Ash sebagai gubernur Mesir dan menggantinya dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarah, karena Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarah merupakan saudara sepersusuannya. Ia juga memberhentikan Mughirah bin Syu’bah sebagai walikota Kufah dan menggantinya dengan Sa’ad bin Abu Waqqash, kemudian karena suatu masalah ia mengganti Sa’ad dengan Al Walid bin Uqbah yang merupakan kerabatnya dari Bani Umayyah.
Pemerintahan Kufah kemudian diserahkannya kepada Sa’id bin Al Ash yang menjabat hingga wafatnya Utsman. Utsman juga mengganti Abu Musa Al Asy’ari sebagai walikota Basra dan menggantikannya dengan Abdullah bin Amir. Abdullah bin Amir merupakan sepupu Utsman dari pihak ibu. Abdullah bin Amir merupakan pemimpin yang kompeten. Selama masa pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan seluruh wilayah Khurasan, termasuk ujung-ujung negeri Persia seperti Sijistan, Kerman, hingga negeri Ghazna. Ia juga melanjutkan ekspansinya ke negeri Transoxiana menyeberangi Sungai Jihun.
Pemerintahan di negeri Syam ketika itu dijabat oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Mauwiyah sudah menjabat sebagai gubernur negeri Syam sejak masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Al Khathtaab. Muawiyah tetap menjabat sebagai gubernur Syam pada masa pemerintahan Utsman. Ia banyak menaklukkan wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Kekaisaran Byzanitum, terutama daerah pesisir. Ia adalah orang yang pertama kali menciptakan armada laut kaum muslimin. Ide untuk membentuk armada laut ini sebenarnya sudah ada sejak masa Khalifah Umar, namun Umar belum merestuinya, baru pada saat Khalifah Utsman menjabat, ide ini terlaksana. Muawiyah pernah memimpin pasukan angkatan lautnya untuk menyerang pulau Siprus milik Byzantium di laut Mediterania. Ini merupakan peperangan laut pertama kaum muslimin, dan berhasil dimenangkan oleh pasukan Islam. Peperangan ini disebut dengan perang Dzatush Shawari. Kemenangan ini membuat reputasi Muawiyah semakin kuat di negeri Syam dan mendapat banyak dukungan dari rakyat Syam.
Abdullah bin Saba’ dan Kekacauan di Era Utsman bin Affan
Abdullah bin Saba’ atau Ibnu Sauda’ adalah seorang Yahudi asal Yaman. Ibunya merupakan seorang berkulit hitam, itu sebabnya ia dipanggil Ibnu Sauda’ (putera perempuan berkulit hitam). Ia menaruh dendam dan kebencian terhadap umat Islam dan berencana untuk menghancurkan Negara Islam. Ia melakukan segala cara untuk dapat mewujudkan tujuannya. Pada masa pemerintahan Utsman, ia berpura-pura masuk Islam agar dapat masuk ke dalam pemerintahan Islam dan menghancurkannya dari dalam. Ia bergerak dari satu kota ke kota lain untuk mendapatkan pengikut yang akan mendukungnya dalam memecah-belah Islam.
Abdullah bin Saba’ mulai menyebarkan propagandanya di negeri Hijaz, kemudian ke Kota Basra, lalu ke Kufah, setelah itu ke negeri Syam. Namun, ketika di negeri Syam ia tidak berhasil mendapat satu pendukungpun, malah warga Syam mengusirnya dari sana. Kemudian ia pergi ke Mesir dan membangun basis kekuatan disana. Di Mesir ia mendapat dukungan dari rakyat Mesir para propagandisnya mulai menyebarkan propagandanya yang menjelek-jelekkan Khalifah saat itu. Para propagandis itu menyebar ke berbagai kota sehingga propaganda yang mereka ajarkan mulai tersebar luas, bahkan hingga ke Kota Madinah. Propaganda yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ dan para pengikutnya itu menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam dan kekacauan di beberapa kota. Para pengikut Abdullah bin Saba’ itu disebut dengan kaum Saba’iyyah.
Terbunuhnya Utsman bin Affan
Para pemberontak yang yang menebarkan berbagai fitnah di kalangan umat Islam dari setiap negeri memiliki tujuan untuk melengserkan Khalifah Utsman. Puncak dari pemberontakan mereka ini adalah terbunuhnya Khalifah Utsman di rumahnya ketika sedang membaca Al Qur’an pada pertengahan bulan Dzulhijjah tahun 35 Hijriyah. Utsman dibunuh langsung oleh Abdullah bin Saba’.
Ketika situasi dan kondisi telah sampai pada taraf yang membahayakan kaum muslimin dan Khalifah, para pemberontak mulai bergerak ke Madinah untuk mengepung kediaman Khalifah Utsman. Para sahabat pun mengirimkan putera-putera mereka untuk menjaga rumah sang Khalifah. Nyaris terjadi baku hantam antara para pemberontak dengan para putera sahabat yang notabenenya adalah Bani Umayyah. Namun, karena kebaikan dan kemuliaan sang Khalifah, ia memerintahkan para penjaga rumahnya untuk pulang ke rumah masing-masing dan menghadapi semua pemberontak ini sendirian dengan tujuan agar tidak terjadi perpecahan di kalangan umat Islam. Namun, ia tidak menyadari bahwa pengorbanan yang ia lakukan ini akan menjadi cikal bakal perpecahan umat dan pertumpahan darah di masa depan.
Setelah mengepung rumah Utsman secara total, para pemberontak memanjat dari rumah di sebelah rumah Utsman dan berhasil memasuki rumah Utsman. Kemudian mereka berhasil membunuh Khalifah Utsman dan dieksekusi oleh Abdullah bin Saba’. Pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ ini tidak hanya menimbulkan kerusuhan di era Khalifah Utsman saja, namun ia juga yang menyebabkan munculnya kelompok-kelompok yang akan menentang pemerintahan Khalifah Ali, yaitu Kaum Khawarij.
Referensi :
Lathif., A. 2019. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Jakarta : Pustaka Al Kautsar.
Ilahiyah., I, dan Salim., M. 2019. Karakteristik Kepemimpinan Khulafa’ur Rasyidin. El Islam. 1 (1) : 44.
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar