Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash : Ketika Ibu Tidak Merestui Putranya Masuk Islam
Ilustrasi Ibu dan Anak | Foto: Adobe Stock |
Cahaya Islam - Pernahkah Anda berselisih paham atau pendapat dengan orangtua ?. Ternyata, perbedaan pendapat anak dengan orangtuanya sudah terjadi sejak zaman Rasulullah ﷺ.
Tak tanggung-tanggung, bukan hanya perbedaan pendapat mengenai masalah duniawi, melainkan perbedaan pendapat mengenai keyakinan agama antara seorang anak dengan ibunya.
Pada zaman Rasulullah ﷺ, ketika Rasulullah pertama kali menerima wahyu, ada seorang pemuda yang datang kepadanya untuk menyatakan keislamannya. Namun ternyata sang Ibu yang merupakan seorang penyembah berhala seketika marah dan menentang mengetahui anaknya telah masuk Islam.
Akankah anak tersebut mengikuti perintah ibunya ? simak kisahnya di artikel berikut ini ya
Sa’ad bin Abi Waqqash namanya, beliau adalah paman dari Rasulullah ﷺ. Kakeknya bernama Wuhaib yang juga merupakan paman Aminah binti Wahab, Ibunda Rasulullah ﷺ. Ketika memperkenalkan diri kepada orang lain, beliau selalu mengatakan ‘Aku orang ketiga yang memeluk Islam dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah’.
Sa’ad bin Abi Waqqash atau Sa’ad Zuhrah (untuk membedakan dengan orang lain yang memiliki nama depan Sa’ad) lahir dan besar di Mekah dan berkebangsaan Quraisy. Secara fisik, Sa’ad memiliki postur tubuh pendek namun kekar serta memiliki rambut yang lebat. Maka dari itu, Sa’ad dijuluki Singa Muda.
Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam ketika berusia 17 tahun. Beliau adalah salah satu orang paling awal yang memeluk islam dan termasuk dalam Assabiqunal Awwalun. Sa’ad bin Abi Waqqash menyatakan keislamannya bersama tiga orang yang didakwahi Abu Bakar yaitu Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Kala itu, Abu Bakar r.a. mengunjungi Sa’ad bin Abi Waqqas dan menceritakan bahwa Muhammad bin Abdullah menerima wahyu dan juga diutus menjadi seorang Rasul. Setelah mendengar kabar itu, dengan gugup Sa’ad mendatangi Rasulullah ﷺ untuk menyatakan diri masuk Islam.
Proses Sa’ad masuk Islam pun mudah dan sangat cepat. Beliau juga merupakan orang yang berani dan pandai dalam berperang untuk membela agama Allah.
Nah, Sa’ad bin Abi Waqqash adalah pemuda yang sangat menghormati, menyayangi, patuh, serta taat kepada ibunya. Beliau memperlakukan sang ibu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah namanya. Seorang wanita kaya keturunan bangsawan Quraisy yang memiliki wajahnya cantik dan anggun.
Hamnah dikenal sebagai wanita yang cerdik dan selalu berpikir jangka panjang dan mempertimbangkan masa depan. Selain itu, beliau juga sangat setia pada ajaran nenek moyangnya yaitu menyembah berhala.
Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad saw, dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya. Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan dengannya, menyembah berhala dan melestarikan ajaran leluhur.
Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Ia baru akan makan setelah putranya meninggalkan agama Islam dna kembali memeluk ajaran nenek moyangnya menyembah berhala.
Kondisi ibunya sangat mengkhawatirkan dan terlihat sekarat. Sa’ad pun dipanggil oleh anggota keluarganya dan berharap agar Ia iba kepada ibunya.
Namun, keimanan Sa’ad bin Abi Waqqash sangat tinggi melebihi apapun. Sa’ad pun berkata kepada ibunya “Wahai Ibu, demi Allah, seandainya pun engkau memiliki 100 nyawa, lalu nyawa itu binasa satu per satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agama ini sedikitpun. Jadi, makanlah wahai ibu, itupun jika ibu mau”.
Mendengar perkataan putranya itu, sang ibu pun mengalah dan menghentikan aksi mogok makannya. Ia sadar bahwa cinta putranya kepada agamanya sangat tinggi dan tidak akan berubah hanya dengan tindakan sang ibu yang tidak mau makan dan minum.
Allah swt pun membenarkan tindakan Sa’ad bin Abi Waqqash kepada ibunya dengan menurunkan ayat pada Q. S. Luqman Ayat 15 :
“Dan jika keduanya (yaitu orangtuanya) memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu engkau menaati keduanya, dan pergauilah kedunya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang – orang yang kembali kepada-Ku….”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita dilarang untuk menaati orang tua yang mengajak menyekutukan Allah swt. Namun, meski begitu, Allah memerintahkan untuk selalu bersikap baik kepada orang tua dalam urusan dunia
Suatu ketika, Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama para sahabat, kemudian Rasulullah menatap ke langit seperti mendengar bisikan malaikat, kemudian bersabda “Akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga”
Para sahabat pun kebingungan dan melihat ke arah temannya masing-masing untuk mengetahui siapa lelaki yang menjadi penduduk surga. Tidak lama setelah itu, datanglah Sa’ad bin Abi Waqqash, dialah penduduk surga yang dimaksud Rasulullah ﷺ.
Posting Komentar