Kisah Muslim
Kisah Sultan Abdul Hamid II Di Daulah Utsmaniyah
Daftar Isi [Tampilkan]
Ilustrasi Sultan Abdul Hamid II | literasiislam.com |
Sultan Abdul Hamid II merupakan Sultan ke-34 Kesultanan Utsmaniyah yang memerintah negara selama kurang lebih 33 tahun. Pada ia naik tahta kesultanan, negara sedang berada dalam situasi yang sulit. Utsmaniyah memiliki hutang luar negeri yang cukup besar, usaha westernisasi besar-besaran hingga kondisi politik yang sangat jauh dari masa-masa sebelumnya. Situasi inilah yang menyebabkan Sultan Abdul Hamid II mengubah jalan politik luar negeri Daulah Utsmaniyah. Pada masa pemerintahannya, Daulah Utsmaniyah juga terlibat peperangan dengan beberapa negara tetangga seperti Rusia, Perancis, Inggris, hingga Italia.
Pemerintahan Daulah Utsmaniyah semakin lama mulai mengalami masa stagnasi hingga penurunan kekuasaan menuju masa kehancuran. Puncak kejayaan Daulah Utsmaniyah terjadi masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al Qanuni dimana pada masa itu Utsmaniyah berhasil menduduki puncak dominasi dunia dengan menguasai tiga benua sekaligus. Pada saat itu juga Utsmaniyah merupakan negara yang disegani oleh negara-negara Eropa karena kekuatan militernya.
Pasca pemerintahan Sultan Sulaiman, Daulah Utsmaniyah mulai mengalami masa-masa kemunduran, hingga akhirnya Kesultanan dibubarkan pada 1 November 1922 dan Kekhalifahan Utsmaniyah dibubarkan pada 3 Maret 1924. Sultan-sultan yang berkuasa setelah Sultan Sulaiman silih berganti membawa Utsmaniyah ke masa jayanya, meskipun tidak sehebat pada masa Sultan Sulaiman.
Awal perubahan Daulah Utsmaniyah yang mulai berkiblat ke dunia barat terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II dianggap sebagai Sultan Utsmaniyah yang pertama kali melakukan gerakan westernisasi. Sultan Mahmud II mulai melakukan modernisasi pada negara dengan menciptakan jabatan perdana menteri untuk pertama kalinya. Ia juga membubarkan pasukan elite Janissary yang merupakan pasukan yang pernah berjasa besar dalam penaklukkan Konstantinopel. Janissary dibubarkan karena mereka banyak melakukan pemberontakan dan mengganti para sultan semau mereka. Sultan Mahmud kemudian membentuk pasukan tentara untuk mengganti Janissary, namun pasukan itu juga terlalu banyak mengikuti budaya barat dan lebih banyak tenggelam dalam kenikmatan duniawi.
Sepeninggal Sultan Mahmud II, ia digantikan oleh puteranya yang biasa disebut dengan Sultan Abdul Majid I. Sultan Abdul Majid juga merupakan sultan yang mendukung gerakan Westernisasi Daulah Utsmaniyah. Ia secara resmi telah mengubah pemerintahan Daulah Utsmaniyah menjadi seperti negara barat. Ia banyak mengubah peraturan-peraturan berdasarkan syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Sultan Sulaiman Al Qanuni menjadi peraturan yang meniru gaya barat. Pada masa juga banyak orang eropa yang tinggal di Kota Istanbul. Negara-negara barat banyak yang mendesaknya untuk menyamakan hak antara muslim dan orang kristen yang tinggal di Daulah Utsmaniyah.
Sultan Abdul Hamid II
Sultan Abdul Hamid II lahir di Kota Istanbul pada tanggal 21 September 1842 Masehi. Nama lengkapnya adalah Abdul Hamid bin Abdul Majid bin Mahmud bin Abdul Hamid bin Ahmad. Ia merupakan putra dari Sultan Abdul Majid I. Ibunya meninggal ketika ia masih berusia 10 tahun, kemudian ia diasuh oleh ibu tirinya.
Ayahnya, Sultan Abdul Majid I merupakan orang cukup cerdas, sehingga banyak teknologi yang diperkenalkan pada masanya seperti kabel telepon dan rel kereta api serta banyak dibangun bangunan-bangunan megah yang bertujuan untuk menyaingi kemegahan bangunan di Eropa.
Abdul Hamid mendapat pendidikan di Istana dan langsung dididik oleh guru-guru terkenal pada masa itu. Ia mulai mempelajari bahasa arab, Persia, Ilmu Tasawuf dan Sejarah. Ia juga mahir dalam beladiri dan menggunakan senjata seperti pedang, panah, dan senapan, serta ia juga sering berolahraga. Abdul Hamid merupakan orang yang sangat peduli terhadap perkembangan negaranya, terutama politik kenegaraan.
Abdul Hamid naik tahta sebagai Sultan Utsmaniyah menggantikan saudaranya Sultan Murad V yang dilengserkan karena dianggap memiliki gangguan mental. Ia dilantik menjadi Sultan pada tanggal 31 Agustus 1876 Masehi, ketika itu usianya telah mencapai 34 tahun.
Sultan Abdul Hamid II merupakan Sultan yang menentang gerakan Westernisasi. Ia menganggap bahwa dunia timur memiliki kebudayaan tersendiri yang lebih menakjubkan dengan berkiblat pada syariat islam. Sebenarnya ia tidak begitu menentang Westernisasi, hanya saja tidak mengambil budaya negatifnya seperti memperlihatkan aurat di depan umum, daan hanya mengadopsi Ilmu Pengetahuan dan Teknologinya. Sultan Abdul Hamid merupakan sosok yang sangat religius. Ia menerapkan aturan yang melarang wanita untuk bergaul secara bebas dengan laki-laki.
Pada masa pemerintahannya, Daulah Utsmaniyah terlibat perang dengan Kekaisaran Rusia. Rusia beranggapan bahwa mereka merupakan penerus dari gereja Ortodoks Timur dan mereka juga menginginkan Kota Istanbul. Namun berkat kecerdikan Abdul Hamid, ia mampu menghentikan pergerakan Rusia di wilayah kekuasaan Utsmaniyah.
Sultan Abdul Hamid II merupakan Sultan Utsmaniyah yang menerima kekuasaan secara mutlak. Ia membekukan konstitusi dan menghapus parlemen serta membawa beberapa anggota parlemen ke pengasingan. Ia mulai mengendalikan negara secara absolut tanpa campur tangan dari siapapun karena tidak ada orang yang dapat dipercayai. Namun, pada saat itu Daulah Utsmaniyah harus menerima kekalahan dari Rusia pada Januari 1878 Masehi. Hal ini membuat Utsmaniyah harus mengadakan perjanjian damai dengan Rusia dan harus kehilangan beberapa wilayahnya.
Gerakan Turki Muda
Sultan Abdul Hamid II semakin bertindak otoriter setelah membekukan konstitusi dan tidak ada yang dapat membatasi kekuasaannya. Hal ini menyebabkan para mahasiswa dari Akademi Militer di Istanbul membentuk gerakan oposisi yang disebut dengan Gerakan Turki Muda yang bertujuan untuk menjatuhkan Sultan Abdul Hamid II. Turki Muda memiliki tujuan untuk untuk membatasi absolutisme Sultan Abdul Hamid dan mengembalikan konstitusi dan parlemen. Turki Muda beranggapan bahwa negara tidak dapat diselamatkan kecuali dengan menerapkan konstitusi dan demokrasi parlementer. Gerakan Turki Muda banyak berorientasi ke politik barat seperti nasionalisme dan sekularisme. Para tokoh yang merupakan penggagas Gerakan Turki Muda antara lain Ahmad Riza, Mehmed Murad, Pangeran Shahabuddin, serta komite persatuan dan kemajuan.
Turki Muda akhirnya melakukan Revolusi pada tanggal 3 Juli 1908. Sebuah pasukan berjumlah 200 prajurit bersenjata lengkap yang dipimpin oleh Ahmad Nizayi melakukan pemberontakan. Mereka menuntut agar Sultan Abdul Hamid mengembalikan konstitusi yang dibekukannya. Kejadian mendapat banyak dukungan dari kalangan oposisi yang membenci Sultan Abdul Hamid. Setelah peristiwa ini, Sultan akhirnya setuju untuk memulihkan konstitusi. Keberhasilan Turki Muda ini menuai banyak pujian dari masyarakat.
Kondisi ekonomi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid sangat sulit. Pada saat itu negara terlilit hutang sebesar 300 juta lira. Hal ini diakibatkan oleh kekalahan Utsmaniyah atas Rusia. Tingginya hutang negara ini disebabkan oleh gubernur Mesir pada masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz. Sehingga secara terpaksa Sultan Abdul Aziz meminjam dari Inggris dan Perancis sebesar 100 juta Lira. Tindakan Sultan Abdul Aziz inilah yang menyebabkan keuangan negara semakin memburuk dan hutang itu diwariskan kepada sultan setelahnya yaitu Sultan Murad V. Namun, Sultan Murad V yang hanya memerintah selama 93 hari tidak dapat menstabilkan keuangan negara.
Sultan Abdul Hamid II kemudian berusaha untuk mengembalikan kondisi keuangan negara meskipun tidak sampai habis. Ia menghentikan laju pertumbuhan hutang luar negeri dengan mencegah berpindahnya aset negara ke tangan asing. Selain itu, ia juga memecat gubernur Mesir yang rakus Khudevi Ismai. Ia pun berhasil menurunkan pinjaman dari 300 juta menjadi 30 juta Lira. Ia juga membayar hutang tersebut dengan hartanya sendiri.
Sultan Abdul Hamid Menolak Menyerahkan Palestina
Salah satu upaya Turki Muda untuk menjatuhkan Abdul Hamid yaitu dengan menjalin kerjasama dengan Zionisme. Salah satu tokoh Zionisme yang bernama Theodore Herzl pernah mendatangi Sultan dan meminta tanah Palestina sebagai pemukiman orang Yahudi. Sebagai imbalan nya, Herzl berjanji akan memberikan hadiah harta sebesar 50 juta Pound emas dan membantu berbagai proyek guna menstabilkan perekonomian Utsmani.
Namun, Sultan Abdul Hamid menolak keras akan permintaan Herzl ini. Akibat penolakan ini, orang-orang Yahudi mulai memusuhi Sultan Abdul Hamid. Mereka menyebarkan kebencian mereka di media-media nasional bahkan internasional dengan menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid. Zionisme memiliki hubungan yang dekat.
dengan Turki Muda karena sama sama berorientasi ke dunia barat. Ketika Daulah Utsmaniyah mengalami kekalahan pada Perang Dunia I dan wilayah Palestina jatuh ke tangan Inggris, orang-orang Zionis dapat dengan dengan mudah memobilisasi pergerakan bangsa Yahudi ke Palestina. Sehingga pada tahun 1948, diresmikanlah berdirinya negara Zionis Israel.
Wafatnya Sultan Abdul Hamid II
Sultan Abdul Hamid II diturunkan dari tahtanya pada tanggal 27 April 1909 Masehi dan menyerahkannya kepada Muhammad Rasyad yang kemudian dikenal sebagai Sultan Mehmed V. Sultan Abdul Hamid kemudian diasingkan ke Salonika dan wafat pada tanggal 10 Februari 1918 pada usia 76 tahun.
Referensi Kisah:
[1] Rahmawati., R. 2017. Studi Historis Kebijakan Sultan Abdul Hamid II Di Daulah Utsmaniyah. Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Islam.1 (1) : 193.
[2] Gisela., T, dan Ediyono., S. 2017. Pemikiran Gerakan Turki Muda Dalam Upaya Menjatuhkan Sultan Abdul Hamid II. Jurnal CMES.10 (1) : 55.
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar