Kisah Muslim
Kisah Sahabat Rasulullah
Tentang Islam
Kisah Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, Sang Juru Tulis Rasulullah Penghafal Al Qur’an
Daftar Isi [Tampilkan]
Cahaya Islam - Ubay bin Ka'ab merupakan salah satu sahabat dekat Rasulullah yang sekaligus merupakan juru tulis Rasulullah. Nama aslinya adalah Ubay bin Ka'ab bin Qais bin Ubaid. Ia merupakan kaum Anshar yang berasal dari Bani Najjar dari Suku Khazraj di Kota Madinah. Ia masuk Islam saat peristiwa Bai'at Aqabah II dan ia selalu mengikuti berbagai peperangan dengan Rasulullah seperti Peperangan Badar. Ia juga merupakan seorang sahabat Ahli Qur'an dan fasih membaca Al Qur'an. Sebagai juru tulis Rasul, ia mempunyai Mushaf khusus sebagai pegangannya. Ia merupakan salah seorang sahabat yang datang ke Mekkah untuk menemui Rasulullah dan menawarkan Yatsrib sebagai lokasi hijrah Nabi. Para sahabat sering memanggilnya dengan sebutan Abu Mundzir dan Abu Thufail. Ubay bin Ka'ab juga meriwayatkan beberapa hadits dari Nabi Muhammad saw.
Ia juga merupakan seorang sahabat yang terkenal cerdas. Banyak juga tokoh-tokoh yang belajar Al Qur'an kepada Ubay bin Ka'ab, diantaranya Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib, Abdullah bin Ayyasy bin Abi Rabiah, dan Abu Abdurrahman As Sulaimi. Ubay merupakan orang yang pertama di Madinah yang menuliskan wahyu dari Rasulullah. Jika tidak ada Ubay, Rasulullah akan memanggil Za'id bin Tsabit. Saat tiba di Madinah, Ubay dipersaudarakan dengan Sa'id bin Zaid.
Ubay bin Ka'ab merupakan sahabat yang memiliki suara paling bagus dalam melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Ia selalu mengkhatamkan Alquran setiap pekan dalam tahajudnya. Rasulullah pernah bersabda kepada Ubay “Allah telah menyuruhku untuk membacakan Al Qur'an kepadamu”, Ubay RA bertanya “Ya Rasulullah, apakah Allah menyebutkan namaku ?” Rasul menjawab “Ya, Allah menyebut namamu”. Setelah mendengar jawaban Rasul itu, Ubay menangis karena begitu gembira bahwa dirinya mendapat penghargaan dari Allah.
Ubay bin Ka'ab juga pandai membaca dan menulis. Bangsa Arab dahulu merupakan bangsa yang umumnya tidak pandai membaca dan menulis, namun mereka dianugerahi dengan ingatan yang kuat. Sebelum masuk Islam, Ubay adalah seorang pendeta Yahudi di Kota Madinah (sebelumnya dikenal dengan nama Yatsrib). Karena kemampuan menulisnya inilah, Rasulullah mempercayainya sebagai sekretaris beliau untuk menulis wahyu yang diturunkan Allah dan surat untuk Raja-raja kafir ketika itu.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Ubay bin Ka'ab diangkat menjadi anggota Dewan Penasihat yang berfungsi sebagai tempat untuk memutuskan berbagai perkara terkait masalah umat Islam. Dewan Penasihat ini beranggotakan beberapa sahabat senior seperti Umar bin Al Khattab, Utsman bin Al Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Ubay bin Ka'ab. Ubay bin Ka'ab merupakan pribadi yang Zuhud, ia tetap mempertahankan keimanannya dan taat beribadah meskipun Rasulullah telah wafat.
Pembukuan Al Qur’an Pada Masa Khalifah Abu Bakar
Ubay bin Ka'ab juga memiliki kontribusi terhadap kodifikasi atau penyusunan mushaf Al Quran setelah wafatnya Rasulullah. Setelah wafatnya Rasulullah, kaum Anshar dan kaum Muhajirin sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah umat Islam menggantikan Rasulullah. Di awal masa pemerintahannya, banyak orang yang melepas keimanannya dan memutuskan untuk keluar dari agama Islam, terutama orang-orang Yaman. Pada masa Abu Bakar juga banyak orang yang mengaku sebagai Nabi seperti Musailamah. Khalifah Abu Bakar mengambil tindakan tegas terkait kaum Murtad dan Nabi palsu ini dengan memerangi mereka. Maka terjadilah peperangan untuk menumpas kaum Murtad yang disebut dengan Perang Riddah dan peperangan melawan Nabi palsu Musailamah yang disebut dengan Perang Yamamah.
Pada peperangan tersebut, banyak kaum muslimin yang syahid, diantaranya adalah para penghafal Al Qur'an. Khalifah merasa khawatir jika semakin banyak penghafal Qur'an yang wafat, maka Al Qur'an juga akan ikut musnah. Oleh karena itu, Khalifah memutuskan untuk membukukan Al Qur'an dan menyimpan Mushafnya. Khalifah kemudian membentuk sebuah badan semacam panitia yang bertugas untuk mengumpulkan dan menyalin Al Qur'an yang terdiri atas 4 orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ubay bin Ka'ab yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit yang dibantu oleh Ubay bin Ka'ab bekerja sangat teliti untuk menyusun Mushaf Al Qur'an. Zaid mencocokkan hafalan Al Qur'an dari beberapa sahabat yang merupakan penghafal Al Qur'an ketika itu. Setelah menyelesaikan penyusunan Mushaf tersebut, Zaid bin Tsabit menyerahkan Mushaf itu kepada Khalifah Abu Bakar dan Khalifah menyimpan mushaf tersebut hingga akhir hayatnya, kemudian diberikan kepada Khalifah Umar bin Al Khattab yang menjabat setelahnya.
Khalifah Umar bin Al Khattab tidak menyerahkan mushaf tersebut kepada Khalifah selanjutnya agar orang-orang tidak mengira bahwa Umar telah memilih penggantinya, namun beliau menyerahkannya kepada putrinya Hafshah. Ketika Utsman bin Affan naik menjadi Khalifah, tersiar kabar dari beberapa wilayah Islam bahwa terjadi perselisihan diantara kaum muslimin mengenai tilawah (bacaan) Al Qur'n. Oleh karena itu, Khalifah Utsman memutuskan untuk memperbanyak dan menyalin mushaf Al Qur'an yang telah disusun pada masa Khalifah Abu bakar dan mengirim salinan mushaf tersebut ke berbagai daerah Islam untuk menghentikan perselisihan yang terjadi. Khalifah Utsman juga membentuk panitia untuk menulis ulang mushaf Al Qur'an yang diketuai lagi oleh Zaid bin Tsabit. Ada 5 mushaf yang ditulis dan masing-masing dikirim ke 4 daerah Islam, yaitu Makkah, Syam, Basrah, dan Kufah, sedangkan satu lagi disimpan oleh Khalifah Utsman sendiri.
Wafatnya Ubay bin Ka’ab
Terdapat perbedaan pendapat mengenai tahun wafatnya Ubay, ada yang berpendapat pada masa pemerintahan Khalifah Umar tahun 19 Hijriyah, dan ada yang berpendapat pada masa pemerintahan Utsman tahun 32 Hijriyah. Namun, pendapat yang paling kuat adalah pada masa pemerintahan Utsman karena Khalifah Utsman memasukannya dalam daftar penyusun mushaf Al Quran.
Referensi :
Ichsan., M. 2012.Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al Qur‟an Pada Nabi Muhammad Dan Sahabat. Jurnal Substantia. 14 (1) : 4-6.
Ulya., K, dan Saidah. 2017. Rijalul Qur‟an : Membincang Sejarah Para Penulis Wahyu. Qaf. 1 (1) : 62.
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar