Tentang Islam
Memaknai sebuah arti dari iman
Daftar Isi [Tampilkan]
Cahaya Islam - Dalam sebuah diskusi lintas agama dan keyakinan, terjadi perdebatan seru antara kelompok yang mengimani adanya Tuhan dan kelompok yang tidak percaya. Kelompok beriman mengemukakan hujjah berdasarkan dalil yang terdapat dalam kitab suci, sedangkan kelompok yang berseberangan mengemukakan alasan-alasanya berdasarkan rasio dan logika dimana tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya Tuhan.
Kedua kelompok, baik kelompok beriman maupun kelompok atheis, sama-sama bersikukuh dengan pendapatnya dan menyatakan pendapatnya lah yang benar. Tidak ada kelompok yang mau mengalah karena mereka sama-sama meyakini apa yang mereka anggap sebagai kebenaran.
Sepertinya perdebatan itu akan berakhir dengan deadlock dan tanpa kesimpulan apapun. Pada akhir sesi ada seorang dari kelompok atheis berkata : “ Sekarang kalian bersikeras dengan pendapat tersebut karena kalian meyakini berdasarkan berita dari kitab suci yang tidak bisa kalian buktikan. Kurasa nanti setelah kalian mati baru menyesali sudah lelah beribadah ternyata Tuhan itu tidak ada.”
Dari kelompok beriman kemudian membalas : “ Kami meyakini adanya Tuhan dengan rasa tidak rugi. Bila ternyata Tuhan tak ada, kami tidak akan rugi apapun. Namun bila Tuhan memang ada, kurasa kalianlah yang akan menyesal.” Jawaban yang sangat telak membuat kelompok atheis tak mampu berkata apapun lagi.
Iman adalah soal perkara gaib yang tidak mudah untuk dipahami. Ilustrasi diatas menggambarkan iman seperti apa yang diinginkan dalam Islam, apakah hanya berdasarkan keyakinan semata tanpa harus memahami apa yang diyakini ataukah iman dalam arti yang lebih luas namun akan terus menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Iman seseoranglah yang akan membatasinya karena pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan ada jawaban akhirnya.
Apakah yang dimaksud dengan Iman?
Iman artinya percaya, Istilah iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan. yang berarti beriman atau percaya.
Abul 'A'la al-Maududi menterjemahkan iman dalam Bahasa inggris Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat keraguan apapun.
Sedangkan menurut Jumhur Ulama Iman artinya :”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah pembenaran".
Dari beberapa defenisi mengenai iman yang dikemukakan para ulama itu hanya merupakan pemahaman umum makna dari iman secara bahasa dan istilah. Namun iman yang dimaksud dalam Islam tentu harus berdasarkan nash dari Al Qur’an maupun dari hadist.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikatakan bahwa Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW tentang iman untuk mengetahui bagaimana Beliau menjabarkan dan menjelaskannya. Nabi menjawab pertanyaan Jibril itu dengan mengatakan :
”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” dan Jibril membenarkan apa yang dijelaskan Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan cabang Iman?
Iman mengandung arti sebagai percaya, meyakini atau membenarkan. Namun iman dalam syariat Islam bukan hanya sebatas keyakinan dalam hati melainkan harus mengakui dengan lisan, membenarkannya dengan hati dan mengamalkannya dengan perbuatan.
Iman dalam wujud amal perbuatan menurut Ibnul Qayyim memiliki cabang yang banyak dimana setiap cabangnya adalah bagian dari iman. Shalat, zakat, puasa, haji adalah cabang iman. Begitu pula amalan-amalan hati seperti rasa malu, tawakal, jujur adalah cabang dari iman.
Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadits yang berbunyi :
“Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.”
Apa ciri-ciri orang beriman?
Seseorang yang mengaku beriman tidak hanya dilihat dari perkataannya saja namun juga meliputi hati dan perbuatan. Berikut ini beberapa ciri atau tanda orang yang beriman yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadits, yaitu :
Memiliki Rasa Takut kepada Allah SWT
Orang yang betul-betul beriman maka dia akan selalu merasa takut kepada Allah SWT. Takut dalam makna dirinya tidak berani untuk melanggar segala larangan Allah dan juga akan selalu mentaati semua yang diperintahkan Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama Allah Subhanahu Wata’ala gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Q.S Al-Anfal : 2)
Khusyuk dalam Shalatnya
Khusyuk dalam sholat juga mencerminkan sebagai tanda orang yang beriman. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al Mukminun ayat 2 : “ (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”
Menunaikan Sholat, Zakat dan Sedekah
Allah Ta’ala berfirman: “dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Rasul juga pernah menjelaskan tentang bukti keimanan seseorang dapat dilihat dari sholat dan sedekahnya: "Sholat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti” (HR. Muslim no. 223)
Selalu bertawakal kepada Allah
Orang beriman adalah orang yang tawakal dan ikhlas pada setiap ketetapan dan takdir yang diberikan Allah SWT. Sebagaimana firmanNya : “Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah : 23).
Juga pada surah yang lain : “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq: 3).
Selalu bersabar
Kesabaran seseorang adalah bukti dari keimanannya. Sesulit apapun ujian yang diberikan, maka dirinya akan selalu bersabar menghadapinya. Allah SWT berfirman dengan artinya yang berbunyi :“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah : 177)
Memiliki akhlak yang baik
Orang beriman tidak mungkin memiliki akhlak yang buruk, karena dirinya akan selalu meneladani Rasul yang berakhlak mulia. Abu Darda meriwayatkan bahwa Nabi SAW, mengatakan :“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR At-Tirmidzi)
Selalu bersyukur
Orang yang selalu bersyukur dalam situasi dan keadaan apapun, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, merupakan ciri orang yang beriman.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS: Luqman Ayat : 12)
Demikianlah penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan iman, juga penjabarannya dalam cabang-cabang iman serta ciri-ciri orang yang beriman. Semoga dapat menambah dan mempertebal keimanan dalam dada kita untuk meraih ridho Allah SWT. Aamiin.
Ditulis: Rahmat Kurniawan
Edit: Fauzan Nurarifin
Edit: Fauzan Nurarifin
Via
Tentang Islam
Posting Komentar