Kisah Muslim
Kisah Nabi Rasul
Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Hubungannya Dengan Sains
Daftar Isi [Tampilkan]
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad | Foto: Adobe Stock By Gilang Prihardono |
Sekitar 1400 tahun yang lalu, kita mendengar peristiwa yang luar biasa dari Semenanjung Arabia. Sebuah peristiwa yang jauh lebih mengagumkan dari satelit atau benda langit lainnya. Peristiwa yang dikenal dengan nama Isra’ Mi’raj, dimana pada peristiwa ini turun perintah untuk shalat lima waktu. Pada saat itu, Nabi sedang sangat terpukul dengan wafatnya istri tercintanya yaitu Siti Khadijah. Kaum Quraisy yang mengetahui kelemahan dakwahnya Nabi selalu mengusik keluarganya terlebih lagi setelah paman beliau telah wafat.
Arti Isra’ Mi’raj
Peristiwa Isra’ Mi’raj pada dasarnya adalah dua peristiwa yang berbeda. Hanya saja peristiwa Isra’ yang terjadi dalam satu malam dengan peristiwa Mi’raj. Namun masyarakat sekitar menganggapnya sebagai peristiwa yang sama dengan menggabungkan dua kata, yaitu Isra’ Mi’raj.
Isra’ secara behasa bermakna malam hari, dan secara istilah Isra’ berarti perjalanan Rasulullah bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq dengan waktu yang relatif singkat. Mi’raj secara bahasa berarti suatu alat yang dipakai untuk naik, dan secara istilah adalah tangga khusus yang dipakai Nabi untuk naik dari bumi menuju atas langit, kemudian ke Sidratul Muntaha, dimana secara harfiah berarti Tumbuhan Sidrah yang Tak Terlampaui. Dimana tempat tersebut tidak ada yang dapat melampaui dan mengetahui lebih banyak mengenai tempat itu.
Persitiwa Perjalanan Isra' Mi'raj Rasul Muhammad ﷺ
Pada waktu itu, Nabi sedang berbaring bersama Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ja’far bin Abi Thalib di Hijir Ismail samping ka'bah. Maka datanglah Jibril dan Mikail serta malaikat lainnya yaitu Israfil. Lalu para malaikat membawa Nabi ke sumur Zam-zam dan menelentangkannya. Kemudian Jibril membelah bagian dada Nabi hingga bagian perutnya, lalu dikeluarkan hatinya dan dicuci dengan air zam-zam.
Setelah dibersihkan hatinya, lalu datanglah Buraq yang indah dan bertali kekang. Buraq adalah hewan yang berwarna putih, lebih tinggi dari keledai serta lebih kecil dari Baghal (peranakan kuda dan keledai). Langkahnya sejauh mata Nabi memandang, memiliki dua telinga yang panjang, apabila mendaki gunung maka terangkat lebih tinggi kaki depannya, memiliki sayap di bagian pinggulnya yang berfungsi untuk membantu kakinya lebih cepat.
Setelah menungganginya, Rasulullah dan Jibril segera memulai perjalanannya menuju Masjidil Aqsha. Setelah sampai di Baitul Maqdis, Jibril memerintahkan Nabi untuk shalat dua rakaat. Setelah selesai shalat, Jibril datang dengan membawa bejana berisi Khamr dan bejana berisi susu, dan Nabi memilih bejana berisi susu.
Setelah itu, berangkatlah Nabi dan Jibril dengan mengendarai Buraq ke langit terendah. Lalu, ketika di langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam dan Nabi Adam mengucapkan salam kepadanya dan mendoakan Rasulullah. Kemudian, setelah melewati langit pertama, Jibril dan Rasulullah segera naik ke langit kedua. Di langit kedua ini beliau disambut sama seperti pada langit pertama. Di langit kedua Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Rasulullah mengucapkan salam kepada keduanya dan keduanya membalas dengan penuh kehormatan.
Rasulullah dan Jibril kemudian naik ke langit ketiga. Di langit ketiga, beliau bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Rasulullah pun mengucapkan salam kepadanya dan Nabi Yusuf membalasnya dengan rasa hormat. Keadaan seperti ini terus terjadi hingga Rasulullah sampai kelangit ketujuh. Di langit keempat, beliau bertemu dengan Nabi Idris AS, di langit kelima beliau bertemu dengan Nabi Harun AS, di langit keenam beliau bertemu dengan Nabi Musa AS, dan di langit ketujuh beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim AS yang sedang duduk di Baitul Ma’mur.
Setelah sampai di langit ketujuh, Rasulullah pergi ke Sidratul Muntaha bersama Nabi Ibrahim. Dimana tempat tersebut tidak ada yang bisa menggambarkan betapa indahnya, yaitu sebuah pohon besar yang rindang, buahnya besar dan daun-daunnya seperti telinga gajah. Di Sidratul Muntaha juga terdapat 4 sungai yang mengalir dengan 2 sungai tampak nyata dan 2 sungai lainnya yang tak tampak nyata.
Di Sidratul Muntaha, Rasulullah segera meninggalkan Jibril dan menuju Al Mustawa, ke hadirat Allah SWT. Di Hadirat Allah, Nabi menerima wahyu perintah shalat lima waktu. Rasulullah pun turun menemui Nabi Musa dan mengatakan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk shalat 5 waktu. Nabi Musa pun memerintahkan agar Rasulullah kembali ke hadirat Allah untuk mengurangi kewajiban shalat karena sesungguhnya umat Nabi mempunyai kemampuan yang terbatas. Kemudian, Rasulullah naik lagi ke hadirat Allah untuk meminta pengurangan jumlah rakaat shalat. Lalu, Rasulullah kembali ke Nabi Musa, namun Nabi Musa menyarankan agar Rasulullah meminta pengurangan waktu shalat lagi. Begitu yang terjadi seterusnya hingga jumlah rakaat shalat hanya 17 rakaat.
Isra’ Mi’raj Dalam Sudut Pandang Sains
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Isra’ Mi’raj dalam tinjauan ilmiah, jika dijelaskan secara singkat melalui perspektif Fisika Modern, peristiwa ini diawali dengan datangnya malaikat jibril kepada Rasulullah yang pada dasarnya malaikat merupakan makhluk yang tersusun atas cahaya dan menampakkan dirinya dengan bertransformasi menjadi makhluk yang memiliki massa. Fenomena ini merujuk pada persamaan Albert Einstein mengenai kesetaraan energi dan massa. Dimana perubahan energi menjadi materi atau sebaliknya, materi menjadi energi.
Lalu ketika Rasulullah menjalani perjalanan Isra’ Mi’raj, Rasulullah juga bertransformasi dari wujud yang memiliki massa menjadi bentuk cahaya sebagai bentuk energi. Fenomena seperti ini dapat diajukan untuk memenuhi Teori Relativitas, dimana sesuatu yang bergerak dengan kecepatan cahaya atau mendekati kecepatan cahaya maka akan bertambah massanya. Massa suatu benda akan menjadi tak terhingga jika berubah dari keadaan diam menjadi bergerak dengan kecepatan cahaya. Kondisi yang seperti ini tidak mungkin terjadi pada benda yang memiliki massa, namun dapat terjadi untuk makhluk cahaya.
Lalu tambahan untuk itu bahwa massa benda akan berubah jika kecepatannya berubah. Jika kecepatannya memang sudah setara dengan kecepatan cahaya, massanya tidak akan berubah ketika wujudnya bertransformasi dari cahaya menjadi massa. Artinya, sebuah benda yang dapat memiliki kecepatan setara dengan kecepatan cahaya jika pada saat awal memang sudah bergerak dengan kecepatan yang setara dengan kecepatan cahaya. Suatu makhluk cahaya yang sedang bergerak dengan kecepatan cahaya kemudian bertransformasi menjadi makhluk yang memiliki massa, maka kecepatan tetap setara dengan kecepatan cahaya. Jadi, Sunnatullah jika Rasulullah menjalani peristiwa Isra’ Mi’raj dengan badannya. Jika dianalisis lebih lanjut dalam Surah An Najm ayat 16 dan 17, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah berada di Sidratul Muntaha dengan badannya. Rasulullah dikatakan melihat di Sidratul Muntaha yang berarti berada disana dengan badannya dan bukan hanya berupa ruh saja.
Ditulis: Muhammad Apria Iswara
Referensi : Achmad., F, dan Ivonia. 2018. Analitis Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Dalam Pendekatan Sains. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Keagamaan. 7 (1) : 160
Via
Kisah Muslim
Posting Komentar