Tentang Islam
Prinsip Ekonomi dalam Islam, Termasuk Hindari Kesenjangan
Daftar Isi [Tampilkan]
Cahaya Islam - Prinsip ekonomi dalam Islam pada dasarnya memiliki orientasi keadilan serta kebaikan seluruh umat. Sehingga prinsipnya juga tidak mengajarkan seperti kesenjangan sosial, maupun kekuasaan hanya di satu kelompok atau orang tertentu.
Tentunya ini juga berbeda dengan ekonomi berprinsip kapitalisme maupun liberalisme. Karena dalam Islam, tujuan ekonominya adalah memenuhi seluruh kebutuhan manusia. Sehingga semuanya dapat hidup berkualitas serta memungkinkan ibadah menjadi baik.
5 Prinsip Ekonomi dalam Islam, Pahami Juga Beberapa Aturannya
Sebelum membahas langsung prinsipnya, ada beberapa aturan mengenai ekonomi di Islam perlu diketahui. Pertama adalah tentang kewajiban berzakat, infaw, hingga shodaqoh bagi yang mampu dan berkecukupan.
Peraturan berikutnya adalah larangan untuk mengundi nasib memakai panah serta berjudi. Umat juga diharuskan untuk membayar pajak, kemudian menjual barang memakai neraca yang adil. Dianjurkan juga untuk membuat catatan keuangan.
Berikutnya akan kami uraikan lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip yang dipakai dalam ekonomi Islam. Di mana kebanyakan berlandaskan Rukun Islam, fungsi iman kepada Allah SWT, dasar hukum islam, syariat, serta rukun iman.
1. Tidak Menjadikan Adanya Kesenjangan Sosial
Prinsip ekonomi dalam Islam pertama, Islam tidak menginginkan ekonomi yang menimbulkan kesenjangan sosial. Itulah mengapa terdapat aturan untuk saling menolong antar umat. Contohnya dengan zakat, shodaqoh, maupun infaq merupakan jalan untuk menyeimbangkan kesenjangan.
Hal tersebut sesuai dalam perintah Allah SWT dalam QS An-Nur : 56. Tepatnya “serta dirikanlah shalat, lakukan zakat, kemudian taat kepada Rasul, sehingga Kamu diberi rahmat”.
2. Hindari Tergantung ke Nasib Tidak Pasti
Kemudian prinsip ekonomi dalam Islam untuk tidak menggantungkan nasib kepada hal tidak pasti ikhtiarnya, serta hanya mengandalkan keberuntungan maupun peluang. Itulah mengapa dilarang untuk berjudi maupun mengandalkan nasib memakai anak panah.
Hal ini didasarkan pada QS Al-Baqarah : 219. “Mereka bertanya tentang khamar serta judi. Maka katakanlah: Keduanya terdapat dosa besar maupun manfaat untuk manusia, tetapi dosanya lebih besar dibandingkan manfaatnya.”
3. Mencari serta Mengelola Apa yang Bersumber di Muka Bumi
Allah SWT memerintahkan umatnya untuk memaksimalkan serta mencari karunia dari muka bumi. Tepatnya memaksimalkan hasil bumi dan mengoptimalkan transaksi dengan sesama manusia. Serta tinggalkan hal tidak pasti layaknya berjudi.
Prinsip ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al Jumuah : 10. Yaitu ketika umat telah menunaikan sholat, kemudian bertebaranlah di bumi. Di sana carilah karunia-Nya dan ingat Allah sebanyak-banyaknya.
4. Hindari Riba
Prinsip ekonomi dalam Islam berikutnya adalah adanya larangan riba. Di mana merupakan tambahan atas utang maupun transaksi lainnya. Alasannya karena dapat memberatkan peminjam dana, khususnya bagi mereka yang tidak mampu.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS Al Baqarah : 278. Tepatnya keharusan manusia beriman untuk bertakwa kepada Allah, serta perintah untuk meninggalkan riba. Allah juga melaknat mereka pemakai riba.
5. Transaksi Keuangan Harus Jelas dan Tercatat
Prinsip ekonomi dalam Islam terakhir, transaksi keuangan yang dianjurkan adalah harus tercatat secara baik dan jelas. Apapun jenis transaksinya, harus ditulis di atas hitam dan putih. Bahkan lebih baik kalau menghadirkan saksi.
Sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah :282. Pada dasarnya ketika melakukan transaksi tidak dengan tunai, catatlah transaksinya. Kemudian tetapkan satu orang penulis yang bisa sebagai saksi juga.
Sebenarnya masih ada satu prinsip lagi yang perlu Anda ketahui, tepatnya berniaga harus dilakukan dengan adil dan seimbang. Tepatnya harus sesuai neracanya, transaksi dipakai, maupun standar ekonomi yang diberlakukan.
Intinya jangan sampai transaksi meliputi kebohongan, penipuan, serta menutupi kelemahan transaksinya. Karena jika tidak sesuai prinsip ekonomi dalam Islam tersebut, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak.
Via
Tentang Islam
Posting Komentar