Sindiran Keras Bu Ijah Si Tukang Gado-Gado, Sekaya Apa Dirimu Sampai Rela Meninggalkan Sholat
Penjual gado-gado yang Saya temui ini memberikan pelajaran kepada Saya dan menampar Saya dua kali akan kewajiban sholat yang beliau kerjakan disetiap harinya disela-sela kesibukannya dalam berjualan.
Singkat cerita Saya sudah pernah beberapa kali membeli gado-gado milik Ibu Siti Khodijah ini. Gerobak Ibu Ijah biasa ia dipanggil terletak di Jalan Asmawi, Beji, Depok. Ini kedua kalinya Saya disuruh menunggu di depan gerobak dagangan miliknya yang ia tinggalkan begitu saja.
Untungnya ada tukang rambutan yang jualan tepat di sebelah Ibu Ijah memberitahukan kemana Ibu Ijah pergi saat ini, padahal Saya akan membeli dagangannya.
“Mas, bu Ijahnya lagi sholat dzuhur dulu…” kata tukang rambutan itu. Mendengar hal itu Saya pun berniat menunggu kedatangan Ibu Ijah.
Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya Ibu Ijah datang dan langsung menghampiri Saya yang memang sudah dikenal Ibu Ijah sebagai pelanggan gado-gadonya.
“Maaf nunggu lama ya Mas,….pedes banget ini kan?” tanyanya.
“Habis sholat ya bu?” tanya saya kepada Ibu Ijah.
Karena merasa penasaran setiap Saya datang beliau tidak ada ditempat Sayapun menanyakan hal ini kepada bu Ijah akan ketidak takutan Ibu Ijah kehilangan pembelinya jika Ibu Ijah selalu meninggalkan dagangannya terus menerus di setiap waktu sholat datang.
“Ditinggal terus apa nggak takut ada yang beli Bu, terus akhirnya bisa kehilangan pembeli bu? tanya Saya penasaran.
Namun tidak disangka-sangka jawaban yang keluar dari mulut Ibu Ijah membuat saya terkejut. Jawaban itu membuat saya merasa sangat tertampar dengan pernyataan Ibu Ijah tersebut. Hal itu membuat Saya banyak belajar dari sosok Ibu Ijah yang lebih memetingkan urusan akhirat terlebih dahulu ketimbang urusan duniawinya.
“Emang sih Mas, kata orang-orang setiap kali saat Saya sedang pergi ke Masjid untuk melaksanakan Sholat ada sekitar enam hingga tujuh orang pembeli yang datang untuk membeli gado-gado Saya, tapi ya kalau rezeki pasti nggak akan kemana Mas, pasti dia akan balik lagi. Kalau nggak balik ya berarti memang bukan rezeki Saya Mas…” Jawabnya dengan penuh keyakinan.
Jelas jawaban bu Ijah yang membuat saya terkejut itu, saya jadikan hal itu adalah pembelajaran berharga untuk diri Saya. Bahkan pernyataan Ibu Ijah waktu itu lebih terasa lebih pedas tamparannya, melebihi gado-gado miliknya. Karena keyakinan Saya mengenai rezeki masih jauh di atas keyakinan Saya yang masih ragu-ragu akan hal itu.
Terimakasih bu Ijah atas tamparan dan pembelajaran yang berharga ini. Pesan yang disampaikan bu Ijah adalah sekaya apa dirimu sampai kamu rela meninggalkan kewajiban untuk mengerjakan sholat?.
Sumber Berita: ISLAMPOS
Posting Komentar