Nasihat dari Ustadz Adi Hidayat, Belajar dari wafatnya Eril (almarhum Emmeril Kahn Mumtadz)
![]() |
Nasihat dari Ustadz Adi Hidayat |
Bismillah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Was shalatu was salamu 'ala rasulillah wa ala alihi wa
ashabihi wa man walah. Amma ba'du.
Saudara-saudariku di manapun Anda sekalian berada Semoga
kita semua senantiasa dirahmati diberkahi dibimbing oleh Allah subhanahu wa
ta'ala. Untuk menjalani kehidupan di dunia ini. sehingga berhasil mendapatkan
bekal yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk berpulang kepadanya.
Saudara-saudariku kita ketahui bersama bahwa kehidupan yang
kita jalani di dunia ini sifatnya sementara. Setiap kita memiliki batas waktu
yang disebut dengan ajal, ketika tiba ajal waktu yang disebut dengan ajal, maka
tuntas misi yang telah kita emban. Selama berkehidupan di bumi dan pada saat
itu kita akan kembali mempertanggungjawabkan setiap aktivitas kita di muka bumi
ini di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ajal tidak mungkin dimajukan atau dimundurkan namun tepat
sesuai seperti apa yang telah Allah kehendaki Quran surah ke 7 ayat yang ke 34 Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman “wa likulli ummatin ajal, fa iżā jā`a ajaluhum
lā yasta`khirụna sā'ataw wa lā yastaqdimụn” Dan setiap umat mempunyai ajal
(batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau
percepatan sesaat pun.
Berkehidupan di setiap masa itu bahkan dari sejak awal
manusia pertama diturunkan Adam alaihissalam sampai kehidupan ini berakhir,
setiap umat, setiap generasi itu memiliki batas waktu bagi kehidupan, tidak ada
yang abadi yang hidup di muka bumi ini, tidak ada kehidupan abadi yang
berlangsung selama kita bertugas di dunia yang sifatnya fana, sementara,
berakhir, hilang dan kita akan kembali kepada pemilik utama.
Jika telah tiba ajal itu batas waktu berkehidupan itu maka
tidak akan mungkin ia bisa dimajukan atau dimundurkan, tepat sesuai dengan apa
yang telah Allah kehendaki. Karena itu kita selalu mengatakan dan meyakini
bahwa kematian yang menjadi pertanda tibanya ajal itu yang disebut dengan maut itu
adalah sesuatu yang pasti, namun cara kita kembali kepada Allah cara berpulang
kita, adalah diantara yang istimewa yang membedakan satu dengan yang lainnya.
Bila kematian itu pasti, maka cara untuk berpulang itu yang
menjadi pembeda. ada yang pulang begitu saja, Ada yang kepulangannya begitu
viral di kalangan makhluk, namun juga ada yang kepulangannya langsung
dikehendaki viral oleh sang Khalik. Kepulangan yang viral di kalangan makhluk
itu yang kita saksikan jadi berita, yang dilihat, didengar, diamati, disaksikan.
Kepulangan yang dikehendaki viral oleh sang Khalik yang
disertai dengan iringan-iringan doa-doa yang sangat luar biasa. Makhluk-makhluk
ditundukkan untuk menghadirkan pengantaran terakhir dalam misi bagi kehidupan
di bumi. Makhluk-makhluk dikehendaki untuk menjaga kemuliaan dari mulai jasa
dan pengaruh-pengaruh kebaikan yang diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi. bahkan
untuk diviralkan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi bersabda “viralkan lah, sebutkanlah
kebaikan-kebaikan orang yang wafat itu, yang boleh jadi itu akan menginspirasi dan
pelajaran bagi kita yang hidup, bagaimana cara berkehidupan sehingga menyiapkan
Bekal terbaik untuk pulang seperti orang yang telah wafat itu dikehendaki baik
oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Ini yang menjadikan kita mesti belajar akan
tegasnya firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang membimbing kita untuk memahami esensi
kehidupan di muka bumi ini.
Quran Surah yang ke 67, di ayat yang kedua, “allażī
khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalā, wa
huwal-'azīzul-gafụr”. Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah mencipta kematian,
pun demikian kehidupan, di balik itu semua tujuannya untuk menguji kita semua
yang sedang berkehidupan untuk meningkatkan Kebaikan-kebaikan untuk
meningkatkan amal saleh yang diridhoi.
Prinsipnya seorang yang berkehidupan, dinilai, dilihat,
dirasakan baik. Untuk itu kita bergembira perlu kita rangkul, kita doakan, pun
demikian ada orang wafat yang wafatnya sangat luar biasa diistimewakan,
didengar, dilihat, disaksikan, didoakan, sungguh kita mesti belajar amal
Istiqomah apa yang telah dikerjakan oleh orang-orang yang baik itu sebelum
mereka kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dari kehidupan yang dijalani, dari
kematian cara berpulang.
Kata Allah. Tidaklah itu disajikan kepada kita, kecuali
untuk kita belajar dari itu semua bagaimana meningkatkan kualitas hidup agar
berkehidupan Lebih baik “Hayyatan Thoyibbah” dan wafat dalam keadaan yang
terbaik Khusnul Khotimah. Sangat disayangkan jika kita menyaksikan orang-orang
baik berkehidupan, orang-orang baik kembali kepada Allah dalam wafatnya, namun setelah
itu semua ditampakkan kepada kita, viral di kalangan kita dan tidak merubah dan
menginspirasi diri kita untuk berbuat baik, maka dengan cara apalagi Allah
harus menunjukkan perubahan pada diri kita.
Maka mari kita belajar dari kebaikan orang-orang mulia itu untuk
meningkatkan kualitas kita. Dan semoga sisa hidup kita lebih baik dan akhir kehidupan
kita Khusnul Khotimah. Aamiin.
Sumber: Youtube Adi Hidayat Official "Belajar Dari Wafatnya Eril: Seni Memaknai Kehidupan dan Kematian- Ustadz Adi Hidayat"
Rewritte: Cahaya Islam
Posting Komentar